Pages

Bahaya Firqah Jamiyyah Madkhaliyyah (Bagian Dua)

Oleh: Asy Syaikh Al Mujahid Abu Muhammad Al Maqdisiy hafidzahullah
Maka setelah pengagungan, penghormatan, pemulian dan pujian yang dilontarkan Al Madkhali bagi Syaikh Bakr Abu Zaid agar dia mendapatkan darinya dukungan dan pujian terhadap celaan-celaannya pada Sayyid. Engkau melihatnya mengatakan tentang Syaikh Bakr Abu Zaid –tatkala meleset dugaannya dan putus asa dari dukungannya serta sampai kepadanya surat ini-: “Sesungguhnya dia termasuk anshar berbagai bid’ah dan pengayomnya, dan dia membela ahli bid’ah dan kebatilan, serta hatinya sakit dengan hawa nafsu” (Al Nadhul Fashil Fir Raddi ‘Ala Bakr Abu Zaid) karya Robi’ Al Madkhlaliy hal 5 dan hal 98.Dengan hal ini selesailah pemaparan laporan salafiy intelejen untuk diserahkan langsung kepada Mendagri negara Islam terbesar dalam sejarah ini sang pendekar yang banyak pengalaman, yang hebat lagi disegani dan pemimpin yang penuh pengetahuan, serta ahli hadits yang kritis Fadlilatul Iman Al Akbar Nayef Ibnu Abdul Aziz, dan hiduplah salafiyyah Ahlul Wala. Dan saya memiliki beberapa poin penting terhadap laporan ini, saya ringkaskan bagi mereka:

Pertama: Sesungguhnya apa yang dilakukan para ‘umala (boneka/kaki tangan) itu adalah natijah sananiyyah (hasil yang bersifat ketentuan Allah karena sebab akibat) bagi orang yang meyakini kepemimpinan Dinasti Saud atau kepemimpinan para penguasa kafir murtad lainnya. Ini adalah taqrir (laporan) untuk Saudi, dan ia memiliki contoh yang banyak bagi orang-orang Aljazair, Libya, Yordania, Mesir dan Suriah. Sesungguhnya bila seseorang meyakini keabsahan loyalitas kepada para penguasa itu, maka dia tidak akan enggan untuk menjadi mata-mata bagi mereka terhadap kaum muslimin, dan dia tidak akan merasa berdosa dan menyesal, oleh sebab itu seyogyanya hati-hati dari macam pemikiran ini.
Kedua: Pemerintah Thaghut Saudi telah mampu memperalat banyak Syaikh-syaikh salafiy di dunia ini sebagai ‘ulama baginya, mereka menuliskan untuknya laporan-laporan keamanan tentang kegiatan gerakan-gerakan Islam. Dan ini sama seperti itu adalah natijah sananiyyah (hasil yang bersifat ketentuan Allah karena sebab akibat). Dimana sesungguhnya salafi, siapa saja dia dan dari negara mana saja, yang meyakini ketokohan Abdul Aziz Ibnu Baz, Muhammad Ibnu Shalih Al Utsaimin, Al Luhaidar, Al Fauzan dan Rabi’ Al Madkhaliy, maka dia akan meyakini pada akhirnya kepemimpinan dinasti Saud, karena Syaikh-syaikh dia itu meyakini loyalitas dan taat kepada dinasti Saud, maka pemimpin (imam) Syaikh saya adalah pemimpin saya, dan pemimpin Ibnu Baz adalah pemimpin salafiyyin, oleh sebab itu maka Fahd Ibnu Abdul Aziz adalah imam kaum salafiyyin di alam ini semuanya, karena dialah pemimpin yang resmi dan syar’iy bagi masyayikh salafiyyah gaya baru. Dan dari sana maka kita jangan heran dari keberadaan para pencari ilmu salafiyyin dari Aljazair, Libya, Yordania, Mesir, Suriah, India, Pakistan dan negara-negara lainnya sebagai ‘umala bagi dinasti Saud sebagai pengamalan kaidah yang lalu.
Ketiga: Sesunggunya disana ada perbedaan antara pencari ilmu yang menyelisihi dengan amil (boneka/antek/kaki tangan) yang mencari upah, sedangkan salafiyyah itu telah menjadi ‘umala yang mencari upah. Dan atas pandangan ini maka kita wajib mendebat mereka tidak atas dasar perselisihan dalam sisi pandangan dan perbedaan manhaj, namun kita wajib selalu mengingat perbedaan ini dalam diskusi dan adu argumen, dan ia sangat penting sekali. Dan salafiyyin macam ini wajib kita letakkan pada barisan ’umala murtaziqin (antek-antek yang mencari upah), bagi mereka apa yang bagi mereka dan atas mereka apa yang atas mereka tanpa sungkan dan tanpa taqiyyah.
Keempat: Sesunggunnya apa yang kami katakan adalah hakikat dan realita, karena banyak dari aktifitas-aktifitas dan pergerakan-pergerakan telah terbongkar keberadaannya dan terungkap kerahasiaannya lewat cara para ‘umala salafiyyin itu, dan contoh sangat banyak dikantong ini dan diantaranya laporan ini padahal masih ada yang lain, karena sesungguhnya di depan saya ada laporan keamanan lainnya milik Syaikh Doktor Aman Al Jamiy Syaikh kaum salafiyyin yang dia sampaikan kepada Sulthan Ibnu Abdul Aziz dan darinya kepada pemimpin salafiyyin Fahd Ibnu Abdil Aziz yang merupakan saksi terbesar atas hal ini.
Maka hati-hatilah dari salafiyyah yang busuk ini, dan kami dalam lembaran-lembaran ini tidak bisa membongkar nama-nama ‘umala itu, baik mereka itu sosok maupun yayasan, akan tetapi saudaraku tidak akan kehilangan dari tanda-tanda dan bukti-bukti untuk mengetahui perkumpulan-perkumpulan dan sosok-sosok ini…!!! Selesai secara ringkas dari Muqalat Baina Manhajain, makalah no 76.
Dan diantara bid’ah mereka juga adalah menyelarasi Khawarij dan mu’tazilah dalam bid’ah menjadikan imam (kepemimpinan) pada selain Quraisy:
Karena penggelaran mereka kepada Fahd Ibnu Abdil Aziz dengan gelar imamul muslimin, mereka dengan hal itu hanya meniti manhaj Khasyiyyah dalam imam. Silakan rujuk dalam hal itu Shahih Al Bukhari: Kitabul Ahkam Bab: Al Umara Min Quraisy, dan yang lainnya berupa kitab-kitab hadits, fiqh dan al ahkam as sulthaniyyah, karena ia adalah suatu yang terkenal yang tidak susah dalam perujukannya, bahkan Al Hafidh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari menukil dari Al Qadli Iyadl ucapannya: “Pensyaratan keberadaan imam sebagai orang Quraisy adalah madzhab ‘ulama seluruhnya dan mereka menganggapnya sebagai bagian masalah yang diijmakan, dan tidak dinukil dari seorang salafpun penyelisihan di dalamnya, dan begitu juga orang-orang yang sesudah mereka diseluruh pelosok negeri. Berkata: Dan tidak dianggap dengan pendapat Khawarij dan orang yang menyepakati mereka dari kalangan Mu’tazilah” (13/91)
Dan ini disamping bahwa para thaghut mereka itu tidak mengantongi satupun dari syarat-syarat imamah, dimana masalahnya tidak terbatas pada syarat Qurasyiyyah saja…!!! Akan tetapi tidak ada akal, tidak ada keislaman, tidak ada keilmuan bahkan tidak ada harga diri atau kejantanan…!!!
Maka mereka dengan hal ini lebih busuk dan lebih buruk daripada Khawarij, karena Khawarij tidak membolehkan kepemimpinan orang-orang kafir dan murtad sebagaimana yang mereka lakukan…!!!.
Perhatikanlah, berapa dari sifat-sifat Khawarij pada manhaj mereka itu terhadap du’at; kemudian engkau melihat mereka menuduh para du’at yang tulus dan yang menjihadi para thaghut mereka sebagai Khawarij dan Takfiriyyun.
Mereka menuduhnya secara aniaya dengan suatu yang mereka lebih utama dengannya untuk menjauhkan darinya perbuatan orang yang aniaya atau seperti ungkapan: lempar batu sembunyi tangan.
Dan diantara bid’ah mereka adalah mengeluarkan masalah tauhidullah dalam perbuatan hukum dan putusan (hukum) –atau yang dikenal dalam istilah orang-orang sekarang dengan hakimiyyah– dan memisahkannya dari tauhid, serta menganggapnya termasuk bid’ah yang diada-adakan, bahkan menganggap orang-orang yang memperhatikan rukun yang agung dari rukun-rukun tauhid ini sebagai bagian orang yang menyelarasi syi’ah dalam akidah-akidah mereka yang busuk dalam hal imamah. Lihat ucapan Robi’ Ibnu Hadi Al Madkhaliy dalam kitabnya (Manhajul Anbiya Fid Da’wah Ilallah) dan taqlid muridnya Ali Al Halabiy kepadanya dalam hal itu dalam kitabnya (At Tahdzir Min Fitnatit Takfier), dan keduanya telah melakukan pengkaburan dan manipulasi, dimana dia bersandar dalam mengecam orang-orang yang memperhatikan rukun tauhid yang sangat kokoh ini kepada ucapan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam bantahannya kepada Rafidlah perihal akidah imamah dengan rincian-rinciannya yang sesat lagi rusak bagi mereka sebagaimana dalam Minhajus Sunnah. (Saya telah mengisyaratkan kepada manipulasi Robi’ sejak 14 tahun yang lalu dalam catatan kaki kitab saya Mi’zanul I’tidal Fi Taqyim Kitab Al Maurid Az Zallal… Adapun Al Halabiy maka saya telah mengingatkan kepada pengekor dia kepada gurunya dalam hal ini dalam penjelasan manipulasi-manipulasi, talbis-talbis serta permainannya dengan agama Allah dalam kitab saya Tabshirul Uqala & Talbisat Ahlit Tajahhum Wal Irja)
Dan diantara bid’ah mereka adalah tidak mengudzur para du’at dan mujahidin dalam takwil atau kekeliruan dalam masalah-masalah yang samar atau yang rumit atau yang tidak diketahui kecuali lewat penyampaian dan hujjah risaliyyah dan yang lainnya yang diudzur Ahlis Sunnah; dan mengudzur para thaghut dan orang-orang kafir dengan kekafiran mereka yang nyata dan kemurtaddan mereka yang berlapis dan membuat penambalan bagi mereka dengan berbagai cara dan metode. Dan hal itu nampak dengan jelas pada serangan Al Madkhaliy yang nampak dan setiap orang yang berjalan di atas manhajnya terhadap Syaikh Mujahid Sayyid Quthubh rahimahullah dalam semua tulisan-tulisan mereka.
Dan setiap orang memiliki hak untuk bertanya dengan penuh kebebasan: Apakah kejahatan-kejahatan Sayyid dan kekeliruan-kekeliruannya lebih besar dan lebih dasyat menurut al mariq (orang yang lepas dari dien) ini dan para pengekornya daripada kekafiran-kekafiran dan kejahatan-kejahatan Waliyyul Khamri Fahd imam aliran Madkhaliyyah dan Jamiyyah??? sampai Fahd dan para thaghut lainnya selamat darinya dan dari lisannya yang panjang serta keritikannya yang tidak bermutu; namun tidak selamat darinya Sayyid rahimahullah
Subhanallah…!!!
Fahd, mereka membuatkan tambalan baginya, undang-undangnya, ribanya, kejahatan-kejahatannya, tawallinya kepada kaum musyrikin timur dan barat, dan tahakumnya kepada lembaga-lembaga hukum thaghut regional dan interansional. Dan mereka membela-bela tentang perihal pemakaiannya akan salib dan pembunuhannya kepada muwahhidin mujahidin, dan semua itu untuk Fahd menurut mereka ada jalan-jalan keluar yang baik, tarqi’at (penambalan-penambalan) dan pentakwilan-pentakwilan yang bisa dicerna; adapun beberapa kekeliruan Sayyid dan pentakwilan-pentakwilannya serta kekeliruan-kekeliruannya yang padahal Ahlus Sunnah mengudzur dengannya maka tidak cukup untuknya dan tidak memuatnya mesin tambal yang bisa memuat penambalan bagi kekafiran-kekafiran Fahd dan para pemimpin kekafiran serta gembong kemurtaddan lainnya…!!!
Syaikh Bakr Abu Zaid berkata dalam surat yang ia tujukan kepada Robi’ Ibnu Hadi Al Madhaliy seputar beberapa tulisan Al Madkhaliy dan serangannya yang terang-terangan terhadap Sayyid rahimahullah:
“Maka saya mengisyaratkan kepada keinginan anda agar saya membaca kitab yang dilampirkan -Adlwa Islamiyyah ‘Ala ‘Aqidah Sayyid Quthub Wa Fikrihi- apakah ada catatan yang perlu disampaikan atas kitab tersebut, kemudian apakah catatan-catatan ini akan menggugurkan proyek ini sehingga ia dilipat dan tidak dilanjutkan, ataukah apakah catatan ini dapat memperbaikinya sehingga kitab itu menjadi kuat setelah dicetak dan disebarkan dan menjadi simpanan bagi anda di akhirat serta sebagai penerang bagi orang yang Allah kehendaki dari kalangan hamba-hamba-Nya di dunia, oleh sebab itu saya memberikan catatan-catatan berikut ini:
1. Saya melihat di awal halaman dari daftar isi maka saya mendapatkannya judul-judul yang mengumpulkan pada Sayyid Quthub rahimahullah pokok-pokok kekafiran, ilhad dan kezindiqkan; berpaham wahdatul wujud, berpaham Al Qur’an makhluk, membolehkan bagi selain Allah untuk membuat hukum, ghuluwnya dalam mengagungkan shifat Allah ta’ala, tidak menerima hadits-hadits mutawatir, membuat keraguan perihal urusan-urusan aqidah yang wajib dipastikan, mengkafirkan seluruh masyarakat… serta judul-judul yang merinding darinya kulit orang-orang yang beriman. Dan anda menyayangkan keadaan ‘ulama kaum muslimin diseluruh belahan bumi yang tidak mengingatkan terhadap kesalahan-kesalahan besar yang membinasakan ini. Dan saya heran kenapa hal yang sangat merusak ini –buku-buku Sayyid Qthub rahimahullah- dapat tersebar dipasaran seperti tersebarnya (sinar) matahari, dan mayoritas mereka mengambil faidah darinya, termasuk kamu (Rabi’ Al Madkhali) dalam beberapa tulisanmu. Walau bagaimanapun di sisi ini saya mencoba menyimpulkan dengan cara penyelarasan antara judul dengan isi, maka ternyata saya mendapatkan berita didustakan oleh berita, serta akhirnya secara umum adalah judul-judul yang bersifat sentimen yang memancing pembaca biasa untuk mencela-cela Sayyid Quthub rahimahullah, dan sesungguhnya saya tidak menyukainya, bagi saya, bagi anda dan bagi setiap muslim tempat-tempat dosa dan kenistaan, dan termasuk ketertipuan yang mengerikan adalah seseorang berbicara tentang kebaikan-kebaikan di depan orang yang dia benci dan musuhi.
2. Saya melihat dan menemukan bahwa buku -Adlwa Islamiyyah ‘Ala ‘Aqidah Sayyid Quthub Wa Fikrihi- ini tidak memiliki metode kritik (manhajun naqdi), amanah penukilan dan keilmuan, dasar-dasar kajian ilmiyyah, haidah ilmiyyah (pengalihan masalah ilmiyyah), tidak mencerna al haq.
Adapun etika hiwar (diskusi) dan ketinggian uslub (susunan kata) serta kekuatan pemaparan maka sama sekali tidak ada dalam buku ini dan inilah buktinya:
Pertama: Saya melihat patokan dalam penukilan adalah dari buku-buku Sayyid rahimahullah dari cetakan-cetakan yang lama seperti Fie Dzhilalil Al Qur’an dan Al Adalah Al Ijtima’iyyah padahal anda mengetahui sebagaimana dalam catatan kaki hal 29 dan yang lainnya, bahwa ia memiliki cetakan-cetakan yang direvisi yang terakhir, sedangkan kewajiban sesuai dasar-dasar kritik dan amanah ilmiyyah adalah pengarahan kritikan bila terhadap teks adalah dari cetakan terakhir bagi setiap kitab. Karena apa yang ada di dalamnya berupa revisi adalah menghapuskan apa yang ada dalam cetakan-cetakan yang lalu, dan ini Insya Allah ta’ala tidak samar terhadap pengetahuan-pengetahuan dasar anda, akan tetapi mungkin saja ia adalah kekeliruan murid anda yang menghadirkan materi-materi itu kehadapan anda dan dia tidak hati-hati akan hal itu?? Dan sudah tidak samar bahwa hal seperti ini bias terjadi kepada para ahli ilmu, umpamanya kitab Al Ruh karya Ibnul Qayyim, tatkala sebagian mereka melihat apa yang dia lihat di dalamnya, maka ia berkata: Mungkin ia diawal kehidupannya dan ini juga terjadi pada bebarap kasus yang lain. Sedangkan Al Adalah Al Ijtima’iyyah adalah kitab yang paling pertama Sayyid rahimahullah tulis dalam materi kesilaman, Wallahul Musta’an.
Kedua: Sungguh kulit saya merinding saat saya membaca dalam daftar isi buku ini ucapan anda (Sayyid Quthub membolehkan bagi selain Allah untuk membuat hukum), maka saya bergegas membaca materi itu sebelum materi yang lainnya, namun ternyata saya melihat ucapan seluruhnya adalah satu nukilan untuk berbagai baris dari kitabnya Al Adalah Al Ijtima’iyyah, dan ucapannya ini tidak nyambung dengan judul yang provokatif ini. Dan taruhlah bahwa di dalamnya ada ungkapan yang seolah memberikan anggapan kesana atau yang muthlaq, maka kenapa kita menggiringnya kepada suatu yang mengkafirkan yang menyapu apa yang Sayyid rahimahullah bangun hidupnya di atasnya dan dia goreskan penanya untuknya dalam dakwah kepada tauhidullah ta’ala dalam (hukum dan tasyri) dan (dalam) penolakan pembuatan Qawanin Wadliiyyah serta penghadangan di hadapan para pelaku hal itu. Sesungguhnya Allah mencintai keadilan dan obyektifitas dalam segala sesuatu, dan saya tidak memandang anda Insya Allah kecuali dalam sikap kembali kepada keadilan dan inshaf (obyektifitas).
Ketiga: Dan diantara judul-judul yang bersifat provokatif adalah ucapan anda bahwa Sayyid Quthub berpaham wahidatul wujud sesungguhnya dalam tafsir surat Al Hadid dan Al Ikhlas, dan ini telah dijadikan patokan dalam penyandaran pendapat wihdatul wujud kepadanya. Dan anda telah bagus saat menukil ucapannya dalam tafsir surat Al Baqoroh berupa bantahannya yang jelas lagi tegas terhadap pemikiran wihdatul wujud, dan diantaranya ucapan dia: “…Dan dari sini lenyaplah duri pemikiran Islam yang benar fikrah wihdatul wujud…” dan saya menambahkan anda bahwa dalam kitabnya; Muqawwimat At Tashawwur Al Islamiy terdapat bantahan yang memuaskan terhadap para penganut paham wihdatul wujud. Oleh sebab itu maka kami mengatakan semoga Allah mengampuni Sayyid pada ucapannya yang mutasyabih yang ia cenderung di dalamnya dengan sebab uslub yang memuat banyak ungkapan di dalamnya…. Dan suatu yang mutasyabih itu tidak bisa melawan teks yang tegas lagi pasti dari ucapannya, oleh sebab itu saya mengharap untuk bersegera menghapus pengkafiran secara halus terhadap Sayyid rahimahullah, dan sesungguhnya saya mengkhawatirkan dirimu.
Keempat: Dan disini saya katakan kepada anda yang mulia dengan penuh kejelasan sesungguhnya engkau di bawah judul-judul ini; Penyelisihannya dalam tafsir Laa Ilaaha Illallaah terhadap ‘ulama dan ahli bahasa serta ketidak jelasan Rububiyyah dan Uluhiyyah pada Sayyid, saya katakan wahai saudara tercinta, bahwa anda telah menghempaskan tanpa ketelitian semua apa yang ditetapkan Sayyid rahimahullah berupa pilar-pilar tauhid dan konsekuensi-konsekuensinya serta keharusan-keharusannya yang telah menjadi ciri yang nampak jelas dalam kehidupannya yang panjang, maka semua apa yang anda utarakan digugurkan dengan satu kalimat, yaitu bahwa tauhidullah dalam hukum dan tasyri adalah termasuk konsekuensi kalimah tauhid, dan Sayyid rahimahullah banyak menekankan kepada hal ini karena ia melihat kelancangan yang amat busuk terhadap pengguguran tahkim syariat Allah dari peradilan dan yang lainnya serta penempatan qawanin wadl’iyyah sebagia pengganti dari syari’at. Dan tidak ragu lagu bahwa ini (pengguguran tahkim syariat Allah) adalah kelancangan yang besar yang tidak pernah dialami oleh umat Islam dalam perjalanannya yang panjang sebelum tahun 1342 H.
Kelima: Dan diantara daftar isi; Pernyataan Sayyid bahwa Al Qur’an itu makhluk dan bahwa firman Allah adalah ungkapan dari keinginan… Tatkala saya merujuk kepada lembaran-lembaran tersebut ternyata saya tidak menemukan satu huruf pun yang dengannya Sayyid rahimahullah tegas mengatakan Al Qur’an makhluk, bagaimana terjadi sikap mempermudah menuduh dengan tuduhan mukaffirat ini. Sesungguhnya ucapan paling parah yang saya lihat padanya adalah pemelaran dalam uslub, seperti ucapannya: “…akan tetapi mereka tidak kuasa menyusun darinya –yaitu huruf-huruf yang terputus-putus– kitab seperti ini karena ia adalah berasal dari buatan Allah bukan dari buatan manusia”. Dan ia adalah ungkapan yang tidak ada keraguan dalam kekeliruannya, akan tetapi apakah lewat ucapan itu kita memvonis bahwa Sayyid mengatakan ucapan kekafiran ini (Al Qur’an makhluk). Ya Allah sesungguhnya saya tidak mampu menanggung tanggung jawab hal itu, dan hal ini telah mengingatkan saya dengan ucapan Syaikh Muhammad Abdul Kholiq Adhimuh rahimahullah dalam muqaddimah kitabnya “Diraasaat Fi Uslahil Qur’anil Karim” yang dicetak dengan restu Universitas Islam Imam Muhammad Ibnu Saud, maka apakah kita menuduh semua dengan keyakinan Al Qur’an makhluk, tidak sama sekali.

Dan apa yang telah saya katakan di atas sejauh dari sisi isi dirasa cukup dan inilah yang penting.
Dan dari sisi-sisi lain saya beri catatan-catatan berikut ini:
1. Tulisan asli tangan kitab ini -Adlwa Islamiyyah ‘Ala ‘Aqidah Sayyid Quthub Wa Fikrihi- berkisar pada 161 halaman, dan ia adalah tulisan tangan yang berbeda-beda, dan saya tidak mengetahui darinya satu halamanpun bahwa itu aalah tulisan anda sendiri seperti biasanya, kecuali bila memang tulisan anda berbeda-beda, atau tersamar atas saya, atau bisa jadi sejumlah mahasiswa ditugaskan untuk mengoreksi kitab-kitab Sayyid Quthub rahimahullah kemudian setiap mahasiswa mengeluarkan apa yang nampak dihadapannya di bawah bimbingan anda, atau dengan dikte anda. Oleh sebab itu, saya tidak bisa memastikan dari penyandarannya kepada anda kecuali apa yang anda tulis di atas alur kebiasaan susunan anda. Dan ini cukup bagi saya dalam pencarian kepastian perihal diri anda yang mulia.

2. Walaupun tulisan-tulisan itu beraneka ragam akan tetapi sesungguhnya kitab ini dari awal sampai akhir berjalan di atas satu alur yaitu dengan nafas yang penuh amarah dan pengobaran emosi yang terus menerus serta terkaman terhadap nash (teks) sampai terlahir darinya kesalahan-kesalahan yang besar, terburu buru dalam menyimpulkan yang mungkin saja salah dan ucapan yang mutasyabih sebagai tempat kepastian yang tidak menerima bantahan…. Dan ini adalah pelanggaran terhadap metode pengkritikan: Al Haidah Al Ilmiyyah.

3. Dari sisi bentuk ungkapan bila dibandingkan antara ia dengan uslub Sayyid rahimahullah, maka uslub kitab itu turun ke bawah sedangkan Sayyid sangat tinggi. Dan bila kami menganggapnya berasal dari diri anda yang mulia maka ia adalah uslub i’dadiy (ungkapan anak I’dad Lughawiy) yang tidak pantas muncul dari pencari ilmu yang telah meraih gelar doktoral. Harus ada kesepadanan kemampuan dalam dzauq adabiy (perasaan yang bersifat sastra bahasa), kemampuan terhadap balaghul dan bayan, serta baiknya pemaparan. Dan kalau tidak maka pecahkan saja penanya.
4. Sungguh uslub pengobaran emosi dan kecemasan telah mendominasi sehingga mengalahkan metode keilmuan yang bersifat kritikan, dan oleh sebab itu bantahan ini kehilangan etika diskusi.
5. Dalam buku ini dari awal sampai yang ada hanyalah serangan, emosional dan kesempitan dalam ungkapan, maka kenapa ini…?
6. Buku ini menggeliatkan hizbiyyah yang baru yang menumbuhkan pada jiwa para pemuda kecenderungan pemikiran untuk mengharamkan pada suatu kesempatan dan kebalikannya pada kali yang lain dan bahwa ini adalah bid’ah dan itu ahli bid’ah, dan ini adalah kesesatan dan itu orang yang sesat, sedangkan tidak ada bukti yang cukup untuk membuktikan. Dan ia melahirkan sikap kepongahan tadayyun (merasa paling taat) dan merasa lebih tinggi seolah seseorang saat melakukan perbuatannya ini meletakkan beban dari punggunya yang mana dia telah merasa lega dari beban membaranya, dan bahwa ia menyelamatkan umat dari keterpurukan jurang, serta bahwa ia dalam pertimbangan orang lain telah melingkar dalam sikap wara’ dan ghirah terhadap batasan-batasan syari’at yang suci. Dan ini tanpa ada pelurusan yang pada hakikatnya adalah penghancuran, dan bila dianggap sebagai pembangunan bangunan yang tinggi maka sebenarnya ia itu sedang menuju kepada keterjatuhan terus terhempas rata dibawa angin yang kencang.
Ini adalah enam ciri yang dimiliki kitab ini -Adlwa Islamiyyah ‘Ala ‘Aqidah Sayyid Quthub Wa Fikrihi- sehingga ia menjadi tidak indah. Ini adalah yang nampak bagi saya sesuai permintaan anda, dan saya mohon maaf dari keterlambatan jawaban, karena saya sebelumnya tidak memiliki perhatian untuk membaca buku-buku orang ini -Sayyid Quthub rahimahullah- meskipun ia banyak di tangan manusia, akan tetapi dahsyatnya apa yang anda sebutkan telah mendorong saya untuk membaca berkali-kali pada hampir seluruh buku-bukunya, ternyata saya mendapatkan di dalam kitab-kitabnya kebaikan yang banyak, keimanan yang cerah dan kebenaran yang terang serta uraian yang membongkar tipu daya musuh terhadap Islam, di atas kekeliruan-kekeliruan dalam penguraian ucapan-ucapannya dan penuturan ungkapan-ungkapannya yang andaikata saja dia tidak mengucapkannya. Dan banyak dari kekeliruan tersebut digugurkan oleh ucapannya yang haq di tempat lain, sedangkan kesempurnaan itu amat sukar, dan Sayyid itu asalnya adalah seorang sastrawan yang kritis, kemudian beralih kepada pengabdian terhadap Islam lewat Al Qur’an Al Karim, As Sunnah yang agung dan Sirah Nabawiyyah yang harum, maka terjadilah apa yang terjadi berupa sikap-sikap terhadap permasalahan zamannya, dan ia bersikukuh di atas sikapnya di jalan Allah ta’ala, dan membuka lehernya dan diminta darinya untuk menggoreskan dengan penanya ungkapan permintaan maaf, dan dia mengucapkan ungkapannya yang masyhur: “Sesungguhnya jari yang saya angkat untuk syahadat saya tidak akan menulis dengannya ungkapan yang menggugurkan syahadat itu…“ atau ungkapan serupa itu.
Maka hal yang wajib atas semua itu adalah memohonkan ampunan baginya, mengambil faidah dan ilmunya di dalamnya, serta menjelaskan apa yang sudah kita pastikan kekeliruannya di dalamnya, sedangkan keseluruhan dari itu tidak mengharuskan diri kita menghalangi diri dari ilmunya dan menjauhi kitab-kitabnya. Anggaplah keadaan dia –semoga Allah membimbingmu– seperti keadaan generasi terdahulu yang telah lalu semacam Abu Ismail Al Harawiy dan Al Jailaniy, bagaimana Ibnu Taimiyyah membela-bela keduanya padahal keduanya memiliki kekeliruan yang fatal, karena hukum asal pada jalan keduanya adalah membela Al Islam dan As Sunnah, dan silakan baca Manazilus Saairin karya Al Harawiy rahimahullah pasti engkau melihat banyak keanehan yang tidak mungkin diterima, namun demikian Ibnul Qayyim rahimahullah sebagaimana terdapat di dalam syarahnya Madarijus Salikin mencarikan udzur dengan sangat baginya dan tidak menuduhnya di dalamnya. Dan saya telah menjabarkan dalam kitab “Tashafun Naas Baina Adh Dhami Wal Yaqin” apa yang mudah saya kumpulkan berupa kaidah-kaidah yang baku dalam hal itu.
Dan di akhir, sesungguhnya saya menasehati Fadhlatul Akh Fillah (Rabi’ Al Madkhali) agar mengurungkan niat dari mencetak buku “Adlwaa Islamiyyah” ini dan tidak boleh menyebarkan dan mencetaknya karena di dalamnya terdapat sikap aniaya yang dahsyat dan pelatihan yang kuat bagi para pemuda umat ini untuk mencela-cela para ‘ulama, mencerca mereka dan menjatuhkan derajat mereka serta menjauhi kebaikan-kebaikan mereka. Dan maafkan saya –semoga Allah memberkati anda– bila saya telah keras dalam ungkapan, karena itu adalah dengan sebab apa yang saya lihat berupa sikap aniaya anda yang sangat dan rasa khawatir saya terhadap anda serta keinginan anda yang sangat untuk mengetahui apa yang ada pada saya perihal hal itu. Pena telah menggoreskan apa yang telah lalu, semoga Allah meluruskan langkah-langkah kita. Wassalamu’alaikum wa rahmatullah wa barakatuh…
Maka apa ucapan Al Madkhali dan bantahannya terhadap ucapan ilmiyyah yang kokoh ini…???
Sesungguhnya ucapannya itu serupa dengan celaan orang-orang Yahudi kepada Abdullah Ibnu Salam tatkala mengajak mereka untuk mengikuti Al Haq dan Al Islam, yaitu ucapan mereka tentang Ibnu Salam sebelumnya; “…orang yang paling baik diantara kami dan anak orang yang paling baik diantara kami…”.
Maka setelah pengagungan, penghormatan, pemulian dan pujian yang dilontarkan Al Madkhali bagi Syaikh Bakr Abu Zaid agar dia mendapatkan darinya dukungan dan pujian terhadap celaan-celaannya pada Sayyid. Engkau melihatnya mengatakan tentang Syaikh Bakr Abu Zaid –tatkala meleset dugaannya dan putus asa dari dukungannya serta sampai kepadanya surat ini-: “Sesungguhnya dia termasuk anshar berbagai bid’ah dan pengayomnya, dan dia membela ahli bid’ah dan kebatilan, serta hatinya sakit dengan hawa nafsu” (Al Nadhul Fashil Fir Raddi ‘Ala Bakr Abu Zaid) karya Robi’ Al Madklaliy hal 5 dan hal 98.
Dan ketahuilah bahwa masalahnya tidak berhenti bersama kaum mariqah yang sesat dari kalangan Jamiyyah dan Madkhaliyyah serta orang yang berjalan di atas jalan mereka itu pada sikap membantu para thaghut yang mereka anggap -dengan kesesatan mereka- sebagai para pemimpin yang muslim; terhadap seteru-seteru mereka dari kalangan du’at, ‘ulama dan mujahidin, akan tetapi masalahnya melampaui hal itu yaitu kepada suatu lebih buruk dari itu. Dimana saat kaum salabis Amerika dan yang lainnya memasuki Jazirah Arab pada perang Teluk, dan Doktor Safar Al Hawaliy berkata: “Sesungguhnya Bath adalah musuh kita saat ini, adapun Amerika dan Romawi (yaitu Barat) merekalah musuh hingga hari kiamat…”, mulailah Muhammad Aman Al Jamiy mengarahkan serangannya terhadap Doktor Safar, dia dendam terhadapnya karena tulisannya dan sikap-sikapnya terhadap tragedi-tragedi ini, sampai pada tahap dia menganggapnya sesat, fasiq dan mencacinya, dia dan Syaikh Salman Al Audah, padahal sesungguhnya Bath dan para thaghutnya sebelum perang Teluk itu adalah tergolong kekasih tercinta para Thaghut Al Jamiy dan tergolong teman dekat para penguasanya yang mana mereka membantunya, menyokongnya dan mendukungnya dengan segala bantuan dan dukungan pada perang mereka melawan Iran serta mereka –para thaghut Al Kamiy- memalingkan pandangan dari permusuhan Bath Iraq terhadap Islam dan muslimin serta penyembelihan mereka terhadap orang-orang Islam di Irak dan Kurdistan. Namun saat itu para pengusung Bath menurut dinasti Saud…!!! dan kaki tangannya belumlah kafir dan mulhid…!!! Dan mereka hanya menjadi seperti itu dan kafir saat para thaghut dinasti Saud dan dinasti Saud ingin mengkafirkan mereka. (Al Masyruu Al Ishlahiy Fis Su’udiyyah hal 12, dinukil dari kitab (Tanqihul Manhaj Min Bida’il Khawarij). Dan saya telah memakainya sebagai pembantu dalam banyak tempat, sebagaimana saya meminta bantuan dengan khabar-khabar dari Ikhwan kami yang terpercaya di kawasan Teluk dan Maghrib (kawasan barat dunia Islam)

Orang-orang sesat itu, pada saat itu tidak merasa cukup dengan sikap membela-bela para thaghut pemerintah, akan tetapi mereka melesat dengan cepat membela-bela sekutu-sekutu thaghut itu dari kalangan salibis, dan memuji mereka bahkan mendoakan bagi mereka, sampai-sampai para khatib mereka berkicau di atas mimbar Masjidil Haram seraya mengatakan: “Semoga Allah memberikan Amerika balasan yang baik dari kami…!!!” Dan disisi yang berlawanan dengan ini engkau melihat mereka mengarahkan serangannya terhadap kaum muwahhidin, menjulurkan lidah mereka kepada para du’at yang menentang sikap koalisi bersama salibis dan meminta pertolongan mereka, orang-orang sesat itu menghalalkan darah orang-orang yang menjihadi mereka, mendukung para penguasa thaghut, serta membantu para thaghut itu untuk membunuh dan menghukum mati mereka, sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya dalam syair Al Madkhaliy.
Sungguh mereka telah melampaui Khawarij yang sesat dalam kesesatan dan keterpurukan mereka ini, karena Khawarij terdahulu, para amir mereka dan para pemimpin mereka tidak memandang boleh berkoalisi dengan orang-orang Romawi dan orang-orang kafir serta memberikan bantuan kepada mereka atas kaum muslimin dan muwahhidin, akan tetapi hal ini muncul dari kelompok-kelompok yang busuk ini dizaman ini.
Allah-lah tempat meminta pertolongan dan Dia subhanahu wa ta’ala lah yang dimohon agar menyiapkan bagi dien ini kebaikan urusannya yang di dalamnya Dia memuliakan orang-orang yang taat kepada-Nya dan Dia hinakan orang-orang yang maksiat kepada-Nya, serta Dia kekang orang-orang zindiq dan munafiq di dalamnya.
Semoga shalawat dan salam Allah limpahkan kepada Nabi kita Muhammad salallahu ‘alaihi wa salam, keluarganya dan para sahabat semuanya.
Dikumpulkan oleh:
Abu Muhammad ‘Ashim Al Maqdisiy
Diterjemahkan oleh:
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman
-Semoga Allah menjaga dan membebaskan mereka-
Penterjemah berkata:
Selesai pagi Jum’at 9 Dzulhijjah 1427 H di Sijn Bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar