Pages

Surat dari Penjara Saudi

Saya tetap menganggap Saudi Arabia sebagai Negara kafir, dan saya tidak menyesal menyatakan hal ini. Bahkan, pada kenyataannya saya semakin melihat secara nyata kekafiran negeri ini, sebab saya melihat dan mengalami sendiri, bagaimana kerajaan Saudi betul-betul mengutamakan tentara-tentara salib itu, dan sebaliknya tentara-tentara salib itupun memperhatikan mereka. Bahkan, apa yang lebih parah lagi ialah bahwa kerajaan Saudi menyatakan secara terang-terangan dan mengumumkan bahwa mereka dengan pasukan tentara salib itu berada dalam satu kubu. Maka perbuatan seperti ini telah murtad berdasarkan IJMA’ -diantara yang mengatakan bahwa hal ini adalah IJMA’ ialah Syaikh Bin Bazz- Bahkan, kerajaan Saudi telah menodai kesucian negeri ini, dengan adanya tindakan semena-mena yang dilakukan oleh pasukan perang salib terhadap kaum Muslimin dalam usaha mereka memurtadkan kaum Muslimin, Saudi sanggup membantu segala tindakan tentara salib itu semata-mata demi menyenangkan mereka. Pernyataan ini secara gamblang dinyatakan oleh Menteri Pendidikan bahwa kurikulum agama akan dirubah, dan Al-Walaa Wal-baraa (Sikap menentukan loyalitas, siapa kawan dan siapa lawan) telah dihapuskan dari kurikulum, padahal Al-Walaa Wal-Baraa adalah merupakan fondasi terpenting dalam dien (agama) ini. Adakah kekafiran lain yang lebih parah daripada perbuatan seperti ini? Dan adakah ada kemurtadan lain yang lebih murtad daripada perbuatan seperti ini?
SURAT KEPADA UMMAT ISLAM
Surat ini adalah surat dari Syaikh Nashir Al-Fahd [semoga Allah membebaskannya]. Sayang sekali kami belum menemui jalan untuk mengkonfirmasi keabsahannya, akan tetapi dari cara penulisan dan isinya sama persis dengan sebelum beliau dipenjara.
Surat dari Syaikh yang dipenjara, Syaikh Nashir Al-Fahd kepada Nayif bin Abdul Aziz [semoga Allah memudahkannya keluar dari penjara[
Segala puji bagi Allah yang telah memudahkan keluarnya surat ini dari penjara dan menyebarkannya setelah melalui beberapa rintangan dan kesulitan fisik, serta menghadapi pengawasan dan penjagaan yang ketat.

***********
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.
Surat dari Nashir Al-Fahd kepada Nayif dengan tanggal 25/12/1424 H
Alhamdulillah, shalawat dan Salam semoga tercurahkan atas junjungan kita baginda Nabi Muhammad Rasulullah. Wa ba’du:
Berangkat dari firman Allah :
"Akan tetapi mereka tidak menjadi lemah terhadap apa yang menimpa mereka di jalan Allah, mereka tidak pula lesu dan tidak pula mereka menyerah kepada musuh. Dan Allah menyukai orang-orang yang sabar" [QS.Ali-Imran:146]
Rasulullah s.a.w bersabda:
“Orang-orang sebelum kalian ada yang dikubur dalam lubang, kemudian gergaji diletakkan di atas kepala mereka dan dia dalam keadaan seperti itu lalu dibelahlah tubuhnya dengan gerjaji itu, ada pula yang tubuhnya disisir dengan sisir besi sehingga terpisahlah antara daging dan kulitnya, namun semua itu tidak menyebabkannya menjadi murtad dari dien mereka”
Umar bin Khaththab dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Apa yang musuh-musuhku inginkan terhadap diriku? Jannah (syurga) ada dalam hatiku, jika aku terbunuh maka aku syahid, jika aku dipenjara maka penjara adalah tempat istirahatku, dan jika aku dibuang, maka pembuangan itu merupakan pariwisata bagiku”
Imam Al-Jurjaani berkata:
Mereka berkata kepadaku ; “Engkau telah terkerangkeng”, padahal yang mereka lihat tidaklah lain kecuali seorang lelaki yang tak hendak berada dalam kehinaan, aku merasa terhormat , dan aku tertawa tak peduli, dan akan kucampakan pujian-pujian yang sebenarnya adalah kehinaan. Sekiranya ahli ilmu melakukannya maka kemuliaan itu akan datang. Sekiranya mereka memuliakannya diri mereka jiwa-jiwa mereka, niscaya akan agunglah jiwa itu. Akan tetapi mereka menghinakannya, maka jadilah diri mereka hina dan ternodalah kehidupan mereka. Apakah aku merasa berat dengan semua ujian ini dan kedua sayapku telah menjadi hina yang dengan itu akhirnya aku harus mengemis belas kasihan kepada orang-orang bodoh?
Kutulis kata-kata ini, dan aku nyatakan sebelum itu bahwa aku telah mempersiapkan kuburan dalam penjaraku, aku telah mencerai dunia ini dengan talak Tiga, dan semua itu akan memutuskan hubungan antara dunia dan aku.
Lalu, tibalah waktuku untuk berkata:  Pertama:
Saya umumkan bahwa saya menarik kembali “penyesalan saya” (penyesalan tanda kutip) dan “Taubat” (Taubat tanda kutip). Dan saya tetap pada pernyataan yang telah saya nyatakan pada 02/05/1424 H
Kedua:
Saya umumukan penyesalan yang sangat dalam dari kesalahan dan dosa yang sangat nyata, karena menyambut keinginan pemerintah yang saya nyatakan di televisi, dan jika saya diminta untuk mengulangi hal yang sama niscaya saya akan menolak semua itu dan akan saya hadapi apapun yang terjadi, akan tetapi, yang sudah terjadi adalah kehendak Allah, Dia Maha berkehendak, apa yang Dia kehendaki, niscaya akan terjadi.
Ketiga:
Saya tidak menyatakan penyesalan apapun sebelum saya dipenjara, dan berkenaan dengan sikap saya berkompromi terhadap kerajaan, itu terjadi karena saya beranggapan bahwa dalam keaadan Mukrah (terpaksa), sedangkan Allah berfirman: “Kecuali orang-orang yang dalam keadaan terpaksa, sedangkan hati mereka tetap tenteram dengan keimanan mereka” riwayat ini adalah shahih dari Umar bin khaththahb r.a, bahwa penjara adalah salah satu bentuk paksaan, dia berkata: ” Empat jenis yang termasuk paksaan, dipenjara, dihukum, dibelenggu dan di siksa”, dia juga berkata : “Seseorang yang tidak menjamin secara pasti apakah dirinya dikenai hukuman (vonis) atau dirantai”; Ibnu Mas’ud r.a berkata: ” Tidak ada kata apapun yang dapat melindungi saya daripada dikenai Dua kali cambukan kecuali akan saya ucapkan kata-kata itu”; Ketika Al-Ma’mun menyiksa para salaf berkenaan pernyataan bahwa Al-Qur’an itu makhluk atau bukan, kebanyakan dari mereka menjawab issue tersebut dengan cara menta’wilkan (kepada pengertian yang tidak benar). Karena itu saya merasa menemukan bahwa hal-hal diatas adalah sebagai dalil bagi saya untuk berbuat demikian (mengaku menyesal kepada rezim Saudi).
Akan tetapi setelah saya mengamati bahwa kerajaan memanfaatkan secara licik pernyataan ini, demi menghancurkan imej saya dan juga Imej Jihad dan Mujahidin, dan pada masa yang sama kerajaan menampilkan diri bahwa mereka adalah merupakan murni Negara Islam, sekalipun (pada kenyataannya) mereka secara luar biasa memberikan dukungan dan perlindungan terhadap pasukan tentara salib dalam kampanye mereka terhadap Islam dan ummatnya, saya lihat bahwa tindakan saya mengaku menyesal adalah benar-benar sebagai tindakan yang salah langkah dan tidak patut untuk dipertahankan. Karena itulah saya nyatakan kembali pendirian saya yang sebenarnya, saya akan hadapi resiko apapun yang terjadi dengan pernyataan yang sebenarnya ini.
Keempat:
Saya tetap menganggap Saudi Arabia sebagai Negara kafir, dan saya tidak menyesal menyatakan hal ini. Bahkan, pada kenyataannya saya semakin melihat secara nyata kekafiran negeri ini, sebab saya melihat dan mengalami sendiri, bagaimana kerajaan Saudi betul-betul mengutamakan tentara-tentara salib itu, dan sebaliknya tentara-tentara salib itupun memperhatikan mereka. Bahkan, apa yang lebih parah lagi ialah bahwa kerajaan Saudi menyatakan secara terang-terangan dan mengumumkan bahwa mereka dengan pasukan tentara salib itu berada dalam satu kubu. Maka perbuatan seperti ini telah murtad berdasarkan IJMA’ – diantara yang mengatakan bahwa hal ini adalah IJMA’ ialah Syaikh Bin Bazz Rahimahullah- Bahkan, kerajaan Saudi telah menodai kesucian negeri ini, dengan adanya tindakan semena-mena yang dilakukan oleh pasukan perang salib terhadap kaum Muslimin dalam usaha mereka memurtadkan kaum Muslimin, Saudi sanggup membantu segala tindakan tentara salib itu semata-mata demi menyenangkan mereka. Pernyataan ini secara gamblang dinyatakan oleh Menteri Pendidikan bahwa kurikulum agama akan dirubah, dan Al-Walaa Wal-baraa (Sikap menentukan loyalitas, siapa kawan dan siapa lawan) telah dihapuskan dari kurikulum, padahal Al-Walaa Wal-Baraa adalah merupakan fondasi terpenting dalam dien (agama) ini. Adakah kekafiran lain yang lebih parah daripada perbuatan seperti ini? Dan adakah ada kemurtadan lain yang lebih murtad daripada perbuatan seperti ini?
Kelima:
Jika dalil untuk menyatakan kafir atau tidaknya kerajaan ini ditentukan oleh paksaan dan pemenjaraan, maka secara pasti hanya kerajaanlah yang memiliki hujjah itu, sedangkan saya tidak memilikinya. Akan tetapi jika hujjah penentuannya berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah serta ilmu yang benar dan bukti yang nyata, maka saya memiliki hujjah itu tanpa sedikitpun keraguan di dalamnya. Saya tantang seluruh ulama kerajaan ini, termasuk ketua ulamanya sekalian untuk mengadakan diskusi terbuka. Dan saya bersumpah atas nama Allah bahwa saya akan membuktikan kekafiran kerajaan ini berdasarkan dalil-dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah, Ijma dan fatwa-fata para ulama dari seluruh Madzhab dan tidak ketinggalan pula pendapat Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhaab rahimahullaah, sampai Syaikh Ibnu Baaz Rahimahullah. Saya telah menulis Bagian Ketiga dari buku “At-Tibyaan Fii Kufri Man Aa’aan Al-Amriikaan” dengan judul “Peranan Kerajaan Saudi Arabia dalam membantu tentara salib internasional” Dalam buku ini saya sebutkan lebih dari Tigapuluh pendapat Ulama negeri ini (ulama generasi Pertama, Kedua dan Ketiga) yang semuanya itu menyetujui bahwa tindakan-tindakan tersebut merupakan kekafiran dan kemurtadan dari Islam. Tulisan tangan dari buku ini sekarang dipegang oleh Badan Intelijen Kerajaan.
Keenam:
Saya meyakini bahwa Jihad adalah Fardhu ‘ain, dan ini telah merupakan Ijma dari seluruh Madzhab, dimana mereka menyatakan bahwa Jihad menjadi Fardhu ‘ain, jika salah satu syarat terpenuhi, diantaranya : “Jika musuh telah memasuki negeri Muslim dan pada waktu itu tidak ada kekuatan yang mampu menghadapinya,maka saat itulah jihad menjadi Fardhu ‘ain” Kenyataannya sekarang kita lihat bahwa musuh-musuh Islam telah memasuki negeri ini dari berbagai penjuru. Maka dalam keadaan seperti ini tidak ada pemimpin yang harus diminta izinnya sekalipun dia adalah khalifah (pemimpin) yang sah, lalu bagaimana pula dengan orang yang malah bersekutu dengan orang kafir dan membantu mereka (tentu saja tidak patut untuk dimintai izin!)?
Ketujuh:
Saya merasa bersyukur dan bahagia dengan apa yang telah diterbitkan berupa buku-buku, artikel, dan fatwa-fatwa saya sendiri, seperti “At-Tibyaan Fii Kufri Man A’aan Al-Amriikan” (Penjelasan akan kafirnya orang-orang yang membantu Amerika), “At-Tabyiin Limakhaathir At-Tabi` Alal Muslimiin” (Penjesalan tenang Bahayanya bersatu dengan kafir dalam memerangi kaum Muslimin) dan “Hukm Istikhdaam Aslihat Ad-Damaar Asy-Syaamil ” (Hukum menggunakan senjata pemusnah masal) dan lainnya, saya bersyukur kepada Allah akan semua ini. Dan jika mampu, akan saya keluarkan fatwa tentang kewajiban berjihad di Iraq.
Kedelapan:
Saya merasa terhormat dan bersyukur dengan Jihad melawan tentara Salib dan antek-antek mereka sekalipun dengan lisan dan tulisan, dan demi Allah saya sangat berharap satu ketika nanti saya akan berjihad melawan mereka dengan tangan saya.
Kesembilan:
Sehubungan dengan perlawanan terhadap kerajaan, saya telah nasihatkan kepada para pemuda untuk menghindari hal ini, karena kita belum memiliki kekuatan yang memadai. Dan sebab, kerajaan akan memanfaatkan hal ini untuk menyaring para pemuda satu demi satu lalu menjebloskan mereka ke dalam penjara, sehingga penjara akan penuh oleh mereka, dan apa yang telah saya perkirakan ini telah terjadi. Dalam hal ini saya mengakui bahwa saya tidak pernah menyesali apapun kecuali penyesalan saya atas tindakan saya menyerahkan diri saya kepada kerajaan daripada kerajaan menangkap saya tanpa sedikitpun perlawanan. Saya ingin jika satu ketika kerajaan akan menangkap saya, maka tidak akan saya biarkan penangkapan itu terjadi kecuali menghadapi perlawanan dari saya. Tetapi takdir telah terjadi, apa yang Allah kehendaki terjadi, pasti terjadi.
Kesepuluh:
Saya mendukung Mujahid, pahlawan, Usamah bin Ladin, semoga Allah melindunginya dan memberinya kemenangan, dan dengannya Allah menghancurkan Thaghut, saya menganggapnya sebagai seorang pendekar Islam.
Adapun kepada mereka yang berkata :”Apa yang telah terjadi terhadap ummat ini!?” maka jawabnya adalah : “Bahwa inilah Jihad, jalan ini dengan kerja keras, tulang belulang dan darah, perjalanan ini penuh air mata, tangis dan kesakitan. Karena itulah nilai Jihad Fie Sabilillah sangat agung.
Apa yang sekarang terjadi terhadap Syaikh Usamah Bin Ladin sebenarnya pernah terjadi pula terhadap Syaikh Muhammad bin Abdil Wahab rahimahullah, ketika beliau berjihad menyebarkan Tauhid. Pada waktu itu kekuatan asing berperang melawan missi Syaikh Bin Abdul Wahab, bahkan mereka menjatuhkan daulah Islam di waktu itu, betapa banyak pada waktu itu para ulama mencela beliau, dan menyatakan bahwa kehancuran daulah itu disebabkan oleh usaha Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab. Sejarah itu kini terulang kembali. (Negara Islam di Afghanistan) dibawah Taliban jatuh dengan cara yang sama. Afganistan diserang oleh kafir dengan cara yang sama dengan invasi terhadap jazirah Arab, dan kaum Muslimin di Afghanistan dibunuh dengan cara yang sama pula dengan cara pembantaian terhadap kaum Muslimin di Jazirah Arab, kota-kota dan perkampungan di Afghanistan dihancurkan dengan cara yang sama dengan penghancuran terhadap kota-kota dan perkampungan di Jazirah Arab, misalnya Dar’iyyah dan kota-kota lainnya.
Kaum Muslimin dari Afghanistan dipenjarakan di Guantananmo sebagaimana kaum Muslimin dari Jazirah Arab dipenjarakan di Mesir dan Istanbul (Turki). Mullah Umar dan Ibnu Ladin bersembunyi di gua-gua pegunungan Afghanistan sebagaimana dilakukan oleh Imam Turki bin Abdullah – kakek dari raja Abdul Aziz- bersembunyi di guanya, di Utara Riyadh, gua itu hingga sekarang terkenal dengan sebutan ‘Gua Turki’.
Anggota Syaikh Usamah bin Ladin di seluruh penjuru dunia dijatuhi hukuman sebagai para pengikut Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dihukumi, diantara pemukanya adalah Imam Abdullah bin Sa’ud dari keluarga Saudi, termasuk jajaran pemimpin terakhir dari Daulah pertama, yang kemudian di jatuhi hukuman di Turki dengan tuduhan bahwa beliau termasuk Khawarij dan Takfiri. Kemudian ia dibunuh dan disalib selama Tiga hari, lalu jasadnya dibuang ke laut, semoga Allah merahmatinya, lalu kemudian apa yang terjadi? Daulah Utsmaniyah hancur, juga kerajaan Pasya di Mesir dan semua yang memerangi dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab.
Negara-negara itu kemudian musnah dari pandangan manusia, dan hanya menjadi sejarah sekian lama wujud. Sebaliknya dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab tetap kekal dan tersebar hingga kini. Lalu tinggallah negeri ini, Saudi Arabia, dengan wasilah dakwah Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab, sekalipun kerajaan itu kini berusaha mengingkari fakta tersebut. Demikian pula para mujaddid yang menyeru kepada Dakwah Tauhid semisal Syaikh Usamah Bin Ladin, semoga Allah melindunginya, dakwah beliau Insya Allah akan tetap bergema dan kekal, dan mereka yang memeranginya akan musnah dengan izin dan kekuatan Allah.
Kesebelas:
Kerajaan Saudi Arabia ternyata memerangi Dua perkara dimana tanpa keduanya, maka tidak akan tegaklah sebuah Negara Islam, yaitu Tauhid yang mereka sebut sebagai Takfir dan Jihad yang mereka sebut sebagai terorisme. Padahal tanpa dakwah dan Jihad, negara Saudi sama sekali tidak akan pernah ada dan dikenal oleh manusia, karena Imam Muhammad bin Su’ud rahimahullah tidak menjalankan hukum kecuali sebatas desa Dar’iyyah, dan dia pada waktu itu sama sekali tidak mempunyai kekuatan dan kekuasaan terhadap yang lainnya sampai kemudian datang Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab pada tahun 1158 dan saling berjanji setia untuk menyebarkan Tauhid dengan pedang dan memulai Jihad. Lalu mereka memerangi Enam penguasa dari Daulah Utsmaniyah, mulai dari Sultan Utsmani III sampai Sultan Mahmud Adli II, mereka memerangi para penguasa itu dengan pedang, begitu pula terjadi pada periode kedua dan ketiga negeri tersebut. Jika waktu yang saya miliki tidak sempit, akan saya sebutkan fatwa-fatwa yang saya ingat berkenaan dengan Takfiri dan Terorisme dari ulama-ulama negeri ini pada tiga tahap. Dan kalaulah bukan karena Dua faktor diatas, yang sekarang ini diperangi oleh kerajaan Saudi dengan sedahsyat-dahsyatnya peperangan, maka tentulah kerajaan Saudi yang dulu tidak akan pernah tegak. Firman Allah: ” Dan jikalau kamu berpaling, niscaya Dia akan menggantikan kamu dengan kaum lain selain kamu, kemudian tidak akan ada lagi kaum semisal kamu “
Duabelas:
Kerajaan Saudi kini mulai menoleh kekiri dan kekanan berusaha mengerti dan mencari sebab terjadinya peristiwa demi peristiwa yang mereka juluki dengan Kekerasan dan Terorisme. Pada masa yang sama kerajaan telah membunuhi para pemuda dan memenuhi penjara dengan para pemuda. Kerajaan menyumpal mulut dan memerangi para juru dakwah, kerajaan telah mengubah kurikulum pendidikan agama dan mengizinkan kaum secular untuk menguasai ummat ini. Kerajaan juga sanggup menjamin keamanan dan kekuatan tentara salib di seluruh negeri. Kerajaanpun mulai memberikan alasan-alasan yang konyol dan membabi buta atas segala kelakuan mereka, dan yang paling penting bagi kerajaan ini adalah, bahwa semenanjung ini semenanung (jazirah) Islam, jazirah ini adalah jazirah Nabi Muhammad Shallallaahu Alayhi Wasallam, dan tentu saja tidak boleh diatur oleh siapapun kecuali yang memiliki wewenang sesuai dengan syariat Islam.
Jazirah ini adalah jazirah Islam sejak Empatbelas abad yang lalu, Allah telah menjaganya dari segala jenis penjajahan. Sampai kemudian datanglah penguasa kerajaan yang sekarang ini dimana mereka menempatkan pangkalan-pangkalan perang milik pasukan tentara Salib. Kerajaan ini pula menjadikan jazirah Arab tergadai kepada kaum kafir salib penjajah, demi memuluskan rencana mereka untuk menghantam Islam dan ummatnya. Ketika Bush menyatakan serbuan Salib yang pertama terhadap Afghanistan, mereka melancarkan peperangan tersebut dari pangkalan militer milik kerajaan Sultan. Dan kini, dalam peperangan salib kedua yan dinyatakan oleh si Bush terhadap Iraq, serangan inipun dilancarkan dari tempat yang sama. Lalu bertambahlah negeri ini semakin tunduk kepada kehendak pasukan salibis, dengan merubah manhaj kaum Muslimin demi menyenangkan kafir Salibis. Maka sebenarnya fakta-fakta seperti inilah yang menyebabkan timbulnya Dakwah Tauhid dan Jihad yang oleh mereka disebut sebagai Takfir dan Terorisme. Karenanya, jika kerajaan hendak ‘menyembuhkan’ semua ini, maka hendaklah mereka terlebih dahulu menyembuhkan diri mereka sendiri dari penyakit yang mereka idap. Seandainya kalian (kerajaan) membunuhi para pemuda itu atau penulis pernyataan ini, apakah dakwah Tauhid Dan Jihad ini akan terhenti? Saya katakan jika politik dan kebijaksanaan kerajaan terdahulu melahirkan Satu Usamah Bin Ladin, maka siasat kerajaan kali ini justru akan melahirkan Seribu Usamah Bin Ladin. Niscaya kalian akan selalu ingat dengan apa yang saya katakan ini.
Terakhir:
Dan yang terakhir adalah kesimpulan yang saya inginkan dari apa yang saya tulis. Saya menulis ini dengan sepenuh kebebasan dan keinginan saya, sebagai kewajiban saya menasihati ummat dan memperbaiki kesalahan yang telah saya perbuat.. Dan jika dengan hal ini kerajaan menghukum saya dengan hukuman yang lebih berat dan menyalib saya, maka saya tidak peduli dengan semua itu, saya tidak ragu sedikitpun dengan apa yang telah saya nyatakan ini. Saya tidak ragu bahwa kematian saya adalah sebagai seorang Muslim, semua itu tak saya pedulikan apa dan bagaimana kejadiannya, selama hal itu saya lakukan di jalan Allah.
‘Hanya kepada Allah lah saya bertawakkal, himpunlah seluruh rencana dan seluruh antek-antek kalian, lakukanlah apa yang kalian hendak lakukan terhadap saya’
Kepada Allah saya memohon agar Dia meneguhkanku di atas dien-Nya dan agar mematikanku tidak dalam keadaaan terfitnah, tidak pula bermasabodoh dan berlebih-lebihan. Shalawat dan Salam atas Nabi Muhammad dan atas keluarganya, dan seluruh sahabat-sahabatnya.
Penulis: Naasir bin Hamad bin Humayd al-Fahd
Di tulis pada: Senin, Rabu malam 25/12/1424AH – Ditandatangani dengan ibu jari kiri
Penterjemah: Abdullah
Sumber sebelumnya: www.ahlussunnah.or.id
[Semoga Allah memberikan pahala kepada mereka yang membantu menyebarkan, mencetak dan mempublikasikan ini di internet dan saluran-saluran media lainnya]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar