Dan Ibnu Utsaimin di sini telah mengomentari hal (72) terhadap ucapan Al Albaniy pada catatan kaki, ia berkata di dalamnya: “Ucapan ini bagus, yaitu bahwa orang-orang yang memvonis kafir para pemimpin muslim! Apa faidah yang mereka petik bila mereka memvonis kafir mereka”. Selesai.
Dan dia menuturkan semacam ucapan Al Albaniy tentang Palestina dan sebagiannya telah kami ketengahkan kepada anda… hingga kemudian ia mengulangi ucapannya lagi seraya berkata: “Ucapan Syaikh Al Albaniy ini bagus sekali” Selesai.
Kami katakan: Ya, ucapannya dan ucapanmu sangat bagus sekali!! Untuk menggembosi penentangan terhadap para thaghut kekafiran.
Dan bagus sekali untuk membius para pemuda dan memalingkan mereka dari sekedar berfikir untuk i’dad atau melakukan upaya serius untuk merubah realita kufur yang busuk ini…!!!
Dan bagus sekali menurut para thaghut kekafiran, mereka membelinya dengan emas, dan oleh karena itu mereka gembira dengan tulisan-tulisan kalian macam ini, serta mereka membantu penyebaran dan pendistribusiannya. Dan mereka tidak mengganggu si penulisnya, penerbitnya serta pencetaknya.
Silahkan kaum kuffar dan para penguasa murtad bergembira dengan paham Irja, dan silahkan mereka berdendang dengan buah-buahnya ini. Benar sekali apa yang dikatakan An Nadlr Ibnu Syumail rahimahullaah saat beliau berkata tentang Irja: “(Ia) adalah dien yang sejalan dengan para raja, mereka dengannya mendapatkan (bagian) dari dunianya, dan mengurangi dengannya dari dien mereka!!”118
Syaikh hal (78-79): “Orang-orang ghuluww itu yang tidak memiliki keinginan kecuali penampakan takfier para penguasa! Kemudian tidak suatupun (hasilnya)!! Dan mereka akan senantiasa menampakkan takfierul hukkam, kemudian tidak muncul dari mereka, kecuali kekacauan dan huru hara…!!!
Dan realita di tahun-tahun terakhir ini lewat tangan-tangan (mereka itu) –mulai dari tragedi Al Haram Al Makkiy sampai kekacauan Mesir dan pembunuhan (Anwar) Sadat, dan akhirnya di Suriah kemudian sekarang di Mesir dan Aljazair– bisa disaksikan oleh setiap orang: Pertumpahan darah banyak kaum muslimin yang tak berdosa dengan sebab kekacauan-kekacauan dan bencana serta terjadinya banyak huru-hara dan keonaran…
Semua ini dengan sebab penyelisihan (mereka) terhadap banyak nash-nash Al Kitab dan As Sunnah, dan yang paling penting adalah firman-Nya ta’ala: “Sungguh telah ada bagi kalian pada diri Rasulullah suri tauladan yang baik (yaitu) bagi orang yang mengharapkan Allah dan hari akhir serta ia banyak mengingat Allah.” (Al Ahzab: 21)
Bila kita ingin menegakkan hukum Allah di muka bumi ini -dengan sebenar-benarnya bukan sekedar klaim– maka apakah kita memulai dengan takfier para penguasa sedangkan kita tidak mampu menghadapi mereka, apalagi dari memeranginya…??? Atau kita memulai –sebagai hal wajib– dengan apa yang dimulai oleh Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam” Selesai.
Maka saya katakan: Adapun ucapannya: “Orang-orang ghuluww itu yang tidak memiliki keinginan kecuali penampakkan takfier para penguasa kemudian tidak suatupun (hasilnya)” Selesai.
Maka sungguh telah shahih hadits dari Nabi shalallaahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau berkata: “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah diam”. (Muttafaq ‘alaih dari hadits Abu Hurairah).
Takfier para penguasa serta menampakkan bara’ah dari mereka dan dari qawanin mereka, menghati-hatikan manusia dari kemusyrikan dan kebathilan mereka, terang-terangan dengan tauhid ini dan menyatakannya di hadapan umum sebagaimana yang telah dilakukan oleh Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya dan di atas jalannya dari kalangan para rasul sampai penutup para nabi dan rasul…. Kemudian tidak suatupun (hasilnya)…!!! Adalah tidak ragu dan tidak samar lagi bahwa itu lebih baik dari apa yang dilakukan oleh orang yang mengaburkan al haq dengan al bathil, di mana ia menganggap enteng kemusyrikan dan tahkimul qawanin, dan dia menamakan tahakum kepada thawaghit serta pembuatan hukum menurut UUD sebagai (kufrun duna kufrin) dan dia menegakkan syubhat-syubhat yang batil untuk menjadikan hal itu sebagai maksiat ghair mukaffirah seperti layaknya dosa-dosa lainnya, terus dia mencap Khawarij orang yang mengkafirkan dengan sebabnya… kemudian bersama ini semua tidak suatupun (hasilnya)…!!!
Tidak ada satupun (hasil) orang-orang yang pertama adalah lebih baik daripada tiada suatupun (hasil) orang-orang yang terakhir… tanpa ragu atau samar… bukankah demikian wahai Syaikh??
Adapun ucapannya: “…dan mereka akan senantiasa menampakkan takfier para penguasa, kemudian tidak muncul dari mereka kecuali kekacauan dan huru-hara…!!!” Selesai.
Maka ini adalah menerka-nerka hal yang ghaib, sedangkan tidak ada yang mengetahui hal yang gaib kecuali Allah…!!!
Andai saja hal ini muncul dari muridnya Al Halabiy, maka tidaklah aneh dan asing, adapun Syaikh maka kami menganggap jauh hal seperti ini dari Syaikh…!!!
Mereka telah persiapkanmu untuk suatu hal andai kamu mengetahuinya
Maka jauhkan dirimu dari bermain-main dengan orang-orang yang hina.
Adapun kekacauan dan huru-hara, maka itu tidak muncul dengan sebab atau dari para muwahhidin yang meniti jalan para Nabi dalam dakwah kepada tauhid dan upaya untuk menghancurkan syirik.
Sedangkan para penebar kekacauan, huru-hara, kezhaliman dan kegelapan adalah kaum musyrikin dari kalangan para thaghut kekafiran yang telah mendatangkan kekacauan, huru-hara dan marabahaya terbesar terhadap umat dengan cara memalingkan mereka dari diennya yang haq dan menjerumuskannya kepada kemusyrikan, menggusurnya dan menyeretnya serta memaksanya kepada kebatilan dan aturan-aturan kafir.
Dan begitulah perlakuan umat-umat terdahulu terhadap rasul-rasul mereka.
Maka apakah Nabi shalallaahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya dicela dengan sebab apa yang menimpa mereka dan menimpa orang-orang yang tertindas berupa perlakuan yang menyakitkan, intimidasi dan ujian, terus mereka meninggalkan negeri dan harta mereka serta darah-darah yang suci ditumpahkan. Semua itu adalah bagian dari imbas sikap terang-terangan mereka dengan tauhid, bara’ah mereka dari syirik dan tandid serta takfier mereka terhadap para pelakunya, maka apakah mereka dicela karenanya… atau dikatakan bahwa mereka itu adalah penyebab di dalamnya, atau dikatakan bahwa kekacauan dan bencana ini muncul dari mereka…???!!!
Atau bahwa kebenaran dan kejujuran itu adalah bahwa mereka dipuji karena keteguhannya di atas al haq dan layak dipuji atas sikap mereka menampakkan dien semua para rasul…???!!!
Dan orang-orang kafir serta para thaghut dicela karenanya…!!!
Dan begitulah setiap ujian dan fitnah yang muncul dari kezhaliman dan kekafiran musuh-musuh Allah, kebejatan mereka dan penganiayaan mereka terhadap ahlul haq yang memerintahkan kepada yang ma’ruf dan yang melarang dari yang munkar, adalah dengan sebabnya ahlul haq tidak dicela dan tidak disandarkan kepada mereka selama mereka berada di atas manhaj kenabian.
Dan ini adalah hikmah Allah ta’ala, dan ketentuan-Nya yang pasti berlaku pada hamba-hamba-Nya, Dia menguji hamba-hamba pilihan-Nya dengan hal seperti itu lewat tangan-tangan musuh-musuh-Nya, untuk memilah yang buruk dari yang baik, terus Dia memilih buat surga calon penghuninya yang mukhlis dan berjihad dari kalangan para syuhada, ash shiddiqin dan ash shaalihin, serta Dia memilih buat neraka calon-calon penghuninya dari kalangan kaum durjana yang membangkang serta para thaghut yang memerangi dien dan syari’atnya.
Adapun ucapan Syaikh: “…dan realita di tahun-tahun terakhir ini…” sampai ucapannya: “…pertumpahan darah kaum muslimin yang tak berdosa dengan sebab kekacauan-kekacauan dan bencana serta terjadinya banyak huru-hara dan keonaran…” Selesai.
Telah lalu bahasan terhadap hal seperti ini dalam bantahan kami terhadap Al Halabiy tentang masalah Khuruj dan darah.119
Dan bagaimanapun keadaannya sesungguhnya penganiayaan dan penindasan yang mana Syaikh tidak suka terhadapnya, itulah hakikat jalan ini dan sunnahnya, sebagaimana firman-Nya ta’ala: “Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman,” sedang mereka tidak diuji lagi. Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (Al ‘Ankabuut: 1-3). Dan firman-Nya ta’ala: “Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kami agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.” (Muhammad: 31).
Dan Nabi shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Manusia diuji sesuai kadar dien mereka, maka orang yang paling berat ujiannya adalah para nabi kemudian yang paling serupa kemudian yang paling serupa” (HR. Al Imam Ahmad, AT Tirmidzi, Ibnu Majah dll).
Dan beliau shalallaahu ‘alaihi wa sallam berkata saat sebagian sahabatnya mengadukan kepadanya apa yang mereka dapatkan berupa penyiksaan, intimidasi dan cobaan dari orang-orang kafir: “Sungguh telah terjadi pada umat sebelum kalian, seorang laki-laki ditangkap terus dibuatkan lubang di tanah kemudian dia dimasukkan di dalamnya terus didatangkan gergaji dan diletakkan di atas kepalanya dan kemudian ia dibelah dua, dan antara daging dan tulangnya dicabikkan sisir-sisir besi namun itu tidak memalingkan dia dari diennya. Demi Allah, Allah sungguh akan menyempurnakan urusan (dien) ini sehingga pengendara dari Sana’ berjalan menuju Hadramaut, ia tidak takut kecuali kepada Allah dan tidak (mengkhawatirkan kecuali) dari serigala mengganggu kambing-kambingnya, akan tetapi kalian ini tergesa-gesa” (HR. Al Bukhari dan yang lainnya dari hadits Khabbab).
Dan ini adalah hal yang tidak samar terhadap Syaikh, namun demikian ia telah menjadikannya sebagai salah satu sebab dari sebab-sebab vonisnya dengan sikap kasar terhadap para pemegang manhaj ini yang mana berupaya merealisasikan tauhid dengan menjihadi para thaghut…!!!
Padahal sesungguhnya dia berkata dalam mensifati dakwah Nabi shalallaahu ‘alaihi wa sallam hal (79) “Kemudian terjadi setelah itu penyiksaan dan penindasan yang menimpa orang-orang muslim itu di Mekkah…” Selesai dari At Tahdzir.
Maka apakah Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam meninggalkan jalan ini dengan sebab penindasan-penindasan dan ujian-ujian itu. Dan apakah ada seorang dari manusia mencela para sahabat Nabi dan dakwah mereka dengan sebab ujian-ujian dan intimidasi-intimidasi yang mereka alami itu!? Dan apakah mereka mencelanya atas hal itu dan menjadikannya hal “yang muncul dari mereka”…!!!
Kemudian kenapa Syaikh dan para muqallid-nya tidak memperkenalkan kepada kami sebab-sebab penyiksaan dan penindasan itu…???!!!
Syaikh Hamd Ibnu ‘Atiq: “Hendaklah orang yang berakal memperhatikan dan hendaklah orang yang jujur pada dirinya mencari tentang sebab yang mendorong orang-orang Quraisy untuk mengusir Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya dari Mekkah sedang ia itu adalah tempat termulia. Sesungguhnya tergolong hal yang ma’lum bahwa mereka tidak mengusirnya, kecuali setelah (Rasulullah dan para sahabatnya) terang-terangan mencela dien mereka dan kesesatan nenek moyang mereka, terus mereka (Quraisy) menginginkan dari Nabi shalallaahu ‘alaihi wa sallam sikap menahan diri dari hal itu, dan mereka mengancamnya dan para sahabatnya dengan pengusiran, dan para sahabatnya mengadukan kepada beliau kerasnya penindasan kaum musyrikin terhadap mereka, maka beliau menyuruh mereka untuk bersabar dan mencontoh terhadap orang-orang sebelum mereka yang telah disakiti, dan beliau tidak mengatakan kepada mereka: “Tinggalkan celaan terhadap dien kaum musyrikin dan pembodohan pemikiran-pemikiran mereka,” maka beliau memilih keluar bersama para sahabatnya dan meninggalkan tanah air padahal sesungguhnya ia adalah tempat yang paling mulia di muka bumi. “Sesungguhnya telah ada bagi kalian pada diri Rasulullah suri tauladan yang baik bagi orang yang mengharapkan Allah dan hari akhir dan ia banyak mengingat Allah” Selesai.120
Ya… sungguh telah ada pada diri Rasulullah bagi kita suri tauladan yang baik…!!!
Ayat itu sendiri yang selalu didengung-dengungkan oleh Al Albaniy… tapi…!!!
Syaikh Abdurrahman Ibnu Hasan berkata setelah menuturkan sebagian sikap-sikap keterusterangan dan keteguhan para sahabat Nabi shalallaahu ‘alaihi wa sallam: “Dan ini adalah keadaan para sahabat Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam dan apa yang mereka dapatkan dari kaum musyrikin berupa penindasan yang dahsyat. Maka mana posisi hal ini bila dibandingkan dengan keadaan orang-orang yang disesatkan itu yang bersegera menghampiri kebatilan dan menyelinap di dalamnya, mereka maju dan mundur, mereka bercengkrama (dengan kaum musyrikin), ber-mudahanah, mereka cenderung (kepadanya), mengagungkan(nya) dan memuji(nya)? Sehingga mereka itu sangat serupa dengan apa yang Allah ta’ala firmankan: “Kalau (Yatsrib/Madinah) diserang dari segala penjuru, kemudian diminta dari mereka supaya murtad, niscaya mereka mengerjakannya, dan mereka tiada akan menunda untuk murtad itu melainkan dalam waktu yang singkat.” (Al Ahzab: 41), kami memohon kepada Allah ta’ala keteguhan di atas Islam dan kami berlindung kepada-Nya dari kesesatan-kesesatan fitnah baik yang nampak maupun yang tersembunyi darinya. Dan sudah ma’lum bahwa orang-orang yang telah masuk Islam dan beriman kepada Nabi shalallaahu ‘alaihi wa sallam dan kepada apa yang beliau bawa, seandainya mereka tidak berlepas diri syirik dan para pelakunya dan (tidak) memulai kaum musyrikin dengan mencela dien mereka dan menghina tuhan-tuhan mereka tentulah mereka (kaum musyrikin) tidak menindak mereka dengan berbagai penindasan…” Selesai.121
Syaikh Hamd Ibnu ‘Atiq berkata saat menjelaskan surat (Bara’ah dari kemusyrikan)122: “Allah memerintahkan Rasul-Nya shalallaahu ‘alaihi wa sallam untuk mengatakan kepada orang-orang kafir: Dien kalian yang kalian pegang, saya berlepas diri darinya, dan dien saya yang saya pegang, kalian berlepas diri darinya. Dan yang dimaksud adalah terang-terangan menyatakan terhadap mereka bahwa mereka itu di atas kekafiran dan bahwa saya berlepas diri dari mereka dan dari dien mereka. Sehingga wajib atas setiap orang yang mengikuti Nabi shalallaahu ‘alaihi wa sallam untuk mengatakan hal itu, dan dia tidak dinyatakan telah menampakkan diennya kecuali dengan hal itu. Oleh sebab itu tatkala para sahabat mengamalkan hal itu dan kaum musyrikin menindas mereka maka Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan mereka untuk hijrah ke Habasyah, dan andaikata beliau mendapatkan rukhshah bagi mereka untuk diam dari kaum musyrikin tentulah beliau tidak memerintahkan mereka untuk hijrah ke negeri yang asing” Selesai.123
Jadi siapa yang ingin mencontoh Nabi shalallaahu ‘alaihi wa sallam dan meniti jalan kaum mu’minin yang diingatkan kepadanya oleh Syaikh di awal fatwanya, maka ia harus menampakkan bara’ah dari kaum musyrikin, takfier mereka, penganggapan bodoh kemusyrikan-kemusyrikan mereka, serta penelanjangan berhala-berhala mereka, undang-undang mereka dan UUD mereka.
Dari sana dia wajib bersabar atas penindasan di jalan dakwah ini, dan inilah sikap saling mewasiatkan dengan kebenaran dan saling mewasiatkan dengan kesabaran yang telah Allah ta’ala perintahkan kepada kita dalam Kitab-Nya. Oleh sebab itu datang perintah untuk sabar atas penindasan dan ujian yang dibarengi dengan amar ma’ruf dan nahi munkar sebagaimana dalam firman Allah tabaraka wa ta’ala: “Dan perintahkanlah kepada yang ma’ruf dan laranglah dari yang mungkar serta bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya itu tergolong hal-hal yang diperintahkan” (Luqman: 17)
Dan ini adalah jalan para Nabi semuanya… dan dien tidak bisa ditegakkan kecuali dengan menitinya, dan bila Syaikh menginginkan “memulai dengan apa yang mana Rasul shalallaahu ‘alaihi wa sallam memulai dengannya” -sebagaimana yang ia katakan– maka begitulah dan dengan hal ini Rasul shalallaahu ‘alaihi wa sallam memulai, oleh sebab itu terjadi padanya dan pada sahabatnya penyiksaan dan ujian yang telah diisyaratkan kepadanya oleh Syaikh…!!!
Andaikata beliau membatasi (kegiatannya) pada pengajaran hadits saja atau pada pendidikan para sahabatnya atas akhlaq-akhlaq yang mulia saja tanpa menyinggung terhadap orang-orang kafir dengan sikap bara’ah dan takfier serta tanpa menampakkan permusuhan dan kebencian terhadap mereka dan terhadap kemusyrikan-kemusyrikan mereka, berhala-berhala mereka dan aturan-aturan mereka yang batil tentu mereka tidak menyakitinya dan tidak akan mengintimidasi para sahabatnya… serta tentu mereka tidak mendesaknya untuk hijrah dan tentu beliau dan para sahabatnya menetap di negeri mereka dan rumah-rumah mereka dengan aman.
Dan sungguh Waraqah Ibnu Naufal telah memahami apa yang tidak dipahami syaikh dan para muqallidnya, di mana ia berkata kepada Nabi shalallaahu ‘alaihi wa sallam di awal fajar kenabiannya: “Tidak seorangpun datang dengan seperti apa yang engkau datang dengannya melainkan ia dimusuhi”. (HR. Al Bukhari).
Inilah tabiat jalan ini… ditaburi hal-hal yang dibenci, karena ia adalah jalan yang menghantarkan ke surga, oleh sebab itu siapa yang tidak mengkafirkan orang-orang kafir dan tidak memusuhi mereka serta ia tidak dimusuhi mereka hendaklah ia merujuk kembali dakwahnya serta meneliti manhajnya, karena sudah pasti dia itu tidak membawa seperti apa yang dibawa Nabi shalallaahu ‘alaihi wa sallam, dan ia tidak menjadikan beliau sebagai tauladan yang baik dalam dakwah dan jihad…!!!
Adapun (darah kaum muslimin yang ditumpahkan) dan Syaikh menjadikannya sebagai bagian dari sebab-sebab penilaian salah terhadap para penganut manhaj ini, maka sudah ma’lum bahwa darah-darah itu senantiasa ditumpahkan semenjak para thaghut itu menggugurkan syari’at Allah.
Dan selagi hukum qanun kafir yang berlaku dan yang mengendalikan, maka pelecehan terhadap darah-darah kaum muwahhidin akan tetap terjadi.
Dan selagi kekuasaan serta perintah dan larangan berada di tangan para thaghut itu maka darah-darah kaum musyrikinlah yang dilindungi, sedang darah setiap muwahhid adalah halal lagi tak berharga…!!!
Maka hal seperti ini, yang mesti diingkari dan dikecam dengannya adalah para thaghut yang telah menganggap halal darah dan kehormatan kaum muslimin bukan karena suatu dosapun, kecuali karena mereka mentauhidkan Allah dan kafir terhadap para thaghut, sebagaimana ia sangat dikenal dalam undang-undang dan lembaga-lembaga hukum mereka berkenaan dengan setiap orang yang menentang terhadap mereka, kafir terhadapnya serta berlepas diri dari kemusyrikan-kemusyrikan mereka.124
Adapun Ahlul haq dari kalangan mujahidin, maka mereka itu tidak menumpahkan darah kaum muslimin dan tidak mengganggu orang-orang yang tidak berdosa. Akan tetapi mereka hanya mengganggu orang-orang bejat dan kaum musyrikin dari kalangan para thaghut atau anshar mereka dan kekuatan militer mereka dan abdi-abdi (negara) mereka yang memerangi dien ini, merobohkan syari’atnya, melindungi kemusyrikannya, menjadi tameng baginya, dan menjaganya serta rela mati di jalannya…!!!
Dan bila Syaikh dan para pengekornya memaksudkan dengan (darah kaum muslimin) itu adalah kaum musyrikin tadi, anshar mereka, tentara mereka dan abdi-abdi mereka –karena mereka menurut Syaikh dan para pengekornya adalah muslimin..!!!– maka kami membersihkan lembaran-lembaran ini dari upaya membantah hal seperti ini di dalamnya…
Kemudian Syaikh mengajak kaum muslimin untuk berbuat –dengan haq– dalam rangka mengembalikan hukum Islam dan ia menuturkan firman-Nya ta’ala: “Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai” (At Taubah: 33).
Tapi bagaimana…!!!
Berkata di halaman (77): “Agar kaum muslimin bisa merealisasikan nash Qur’aniy dan janji ilahiy ini maka harus ada jalan yang jelas, gamblang dan nyata. Maka apakah jalan itu dengan menyatakan revolusi/ perubahan total (penentangan) terhadap para penguasa itu yang (mereka) duga bahwa kekafirannya adalah kufur riddah? Kemudian dengan dugaan mereka ini –sedangkan ia adalah dugaan yang salah lagi keliru–, mereka tidak mampu melakukan sesuatu” Selesai.
Kami katakan: Jasa…!!! Dalam hal ini sebagiannya kembali kepada ulama…!!! Yang seharusnya mereka itu memimpin kaum muslimin dan berada di depan barisan-barisan mereka untuk merubah realita yang kelam ini dan kemungkaran yang dahsyat ini.
Mereka malah menyibukkan diri dengan sikap menggembosi (para mujahidin) dan menyerang terhadap mereka dan dakwah mereka, seraya men-tahdzir dan manhaj dan jalan mereka, dan melakukan dalam menghadang mujahidin segala yang mereka mampu berupa terror pemikiran, di mana mereka mencap para mujahidin sebagai Khawarij dan Takfiriy untuk menghalangi dari takfier dan menjihadi para thaghut, dan membantah dari sikap bara’ah dari syirik masa kini yang busuk…!!!
Adapun kemenangan dan perubahan maka ia itu bukan kembali kepada kita, namun yang wajib atas kita adalah berupaya keras dan ikhlash untuk mengingkari dan merubah kemungkaran yang besar ini, dan kita mempersiapkan apa yang kita mampu berupa kekuatan untuk menjihadi para thaghut dalam rangka merealisasikan tauhid dan menghancurkan syirik dan tandid serta mengeluarkan manusia dari peribadatan terhadap makhluq, sebagaimana yang dilakukan para nabi, hawariyyin mereka dan para pengikut mereka. Adapun hasilnya maka bukan kembali kepada kita… Dan bila kita memurnikan niat, ucapan dan amalan maka kita tidak akan ditanya tentang hasil itu. Dan Nabi shalallaahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan dalam hadits shahih bahwa ada Nabi datang di hari kiamat dengan pengikut satu dua orang, dan ada nabi yang datang tanpa punya pengikut seorangpun…!!!
Maka apa ia dicela karena hal seperti itu…!!!
Tidak dan seribu tidak… kewajiban dia hanyalah istiqamah di atas perintah Rabbnya. “Dan cukuplah Tuhanmu sebagai Pemberi petunjuk dan Penolong” (Al-Furqan: 31).
Dan dalam hadits yang diriwayatkan An-Nasa’i dengan isnad shahih dari Salamah Ibnu Nufail AL Kindiy tatkala Nabi shalallaahu ‘alaihi wa sallam diberi kabar bahwa orang-orang telah melepaskan kuda dan meletakkan senjata dan berkata: “Tidak ada jihad…!!!” Maka beliau shalallaahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Mereka salah (dusta), sekarang datang giliran perang, dan akan senantiasa ada dari umatku ini segolongan orang yang berperang di atas al haq, Allah memalingkan bagi mereka hati banyak kaum serta Dia memberikan mereka rizqi dari mereka sampai kiamat tiba, dan sampai datang janji Allah, sedangkan kuda itu diikatkan kebaikan di ubun-ubunnya sampai hari kiamat…”
Kewajiban kita hanyalah meniti jalan ini yang telah ditunjukan terhadapnya oleh Nabi shalallaahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau jelaskan pensyari’atannya hingga hari kiamat.
Dan itu dengan upaya yang serius, i’dad, jihad, serta nushrah dien ini dengan tinta, darah dan bantuan harta, juga dengan lisan, nyawa dan senjata.125
Dan Allah-lah yang menolong kita, sedang Dia subhanahu wa ta’ala mengizinkan dengan kemenangan kapan Dia mau.
Jadi ucapan Syaikh: “Mereka tidak mampu melakukan sesuatu” itu tidaklah membuat mereka buruk dan mereka tidak dicela dengannya, namun yang membuat buruk mereka adalah duduk-duduk (tidak jihad) ~bila mereka melakukannya~ dan yang menjadi aib bagi mereka adalah bila mereka menggembosi, menganggap sesat dan menghalang-halangi dari jihad, menutup-nutupi (kekafiran) para thaghut dan mencela-cela para mujahidin muwahhidin andai mereka melakukannya…!!!
Kemudian setelah Syaikh menduga bahwa ia telah menggugurkan ~dengan ucapannya yang lalu itu~ jalan khuruj terhadap para penguasa kafir, dan ia menganggap vonis kafir murtad terhadap para penguasa itu sebagai dugaan yang salah lagi keliru…!!! Ia bertanya di hal 77 dengan pertanyaannya seraya berkata: “Jadi, apa manhaj yang sebenarnya? Dan apa jalan itu?!”.
Dan ia menjawabnya sendiri di hal 78 seraya berkata: “Kita meringkasnya dengan dua kata yang ringan: Tashfiyah dan Tarbiyah”
Terus ia menjelaskan maksudnya dari Tashfiyah dan Tarbiyah di hal 80, di mana ia menjelaskan bahwa Tashfiyah: “Adalah mengajari manusia Islam –yang haq– dan itu dengan membersihkan Islam dari parasit-parasit yang masuk ke dalamnya berupa bid’ah-bid’ah dan hal-hal yang baru serta apa yang menggantung di dalamnya yang sama sekali tidak ada kaitan”.
Adapun Tarbiyah: “Yaitu Tashfiyah itu disertai dengan mendidik pemuda muslim yang tumbuh di atas Islam yang sudah dibersihkan ini”.
Ini adalah ringkasan apa yang Syaikh maksudkan dari dua kata ini, sedangkan kami menerima al haq dari siapapun orangnya.
Maka kami katakan: Ini adalah haq, dan begitu juga apa yang ia keritikkan setelah itu terhadap sebagian jama’ah-jama’ah yang mendengung-dengungkan penegakkan negara dan pemerintah Islamiyyah sedang mereka itu membawa aqidah-aqidah yang menyelisihi Al Kitab dan As Sunnah, serta amalan-amalan yang menafikan Al Kitab dan As Sunnah, ini juga adalah kritikan yang tepat; maka tidak ragu bahwa harus ada pembenahan ‘aqidah serta mesti dari adanya tashfiyah dan tarbiyah.
Akan tetapi apakah ini layak, cukup dan bermanfaat…??? Dengan disertai jidal dan membela-bela para musuh syari’at dan dien ini dari kalangan para thaghut murtaddin…???!!! Dan menambali (kekafiran) mereka serta menganggap kemusyrikan dan kekafiran mereka yang nyata sebagai (kufrun duna kufrin)…??? Dan mencap orang yang mengkafirkan mereka atau memberontak terhadap mereka sebagai Khawarij dan Takfiriyyin, serta menghalang-halangi dari jalan mereka dan menggembosi dakwah dan jihad mereka…???!!!
Oleh sebab itu kami katakan: Kami tidak takut Insya Allah di (jalan) Allah celaan orang yang mencela; karena sesungguhnya kami selalu mendengar kata (tarbiyah) ini dari Syaikh semenjak dulu, akan tetapi kami sangat menyayangkan (sehingga) kami katakan tanpa ragu; bahwa Syaikh ini belum mentarbiyah orang-orang yang (mau) membela dien ini dengan menegakkannya dengan sebenar-benarnya.
Ini buktinya mereka dari kalangan yang mengaku sebagai murid-muridnya dan mengikuti dakwahnya –semacam Al Halabiy– berputar-putar pada jejaknya dan menempelkan nama pada kemasyhurannya serta menyandarkan diri mereka pada ilmunya, orang yang mengenal mereka akan mengetahui bahwa mereka itu tidak berlomba-lomba, dan tidak bersaing serta tidak saling hasud, kecuali terhadap penjualan kertas dan penerbitan.
Dan itu dengan mengulang-ulang penerbitan dan pentahqiqan banyak kitab yang mana ia sudah ditahqiq dan diterbitkan, dan mereka memberikan image kepada orang-orang bahwa tujuannya ‘not money’ alias nuqud… mana mungkin…!!! Akan tetapi dengan dalih bahwa mereka itu lebih tulus kepada umat dan lebih berkhidmat kepada sunnah daripada orang yang menerbitkannya atau mentahqiqnya dan mencetaknya sebelum mereka; padahal sesungguhnya mayoritas para pengikutnya -sebagaimana telah engkau lihat dari keadaan Al Halabiy– adalah tergolong para pencopet teks-teks (ucapan orang lain) dan para pakar dalam memalingkan ucapan dari posisi-posisi yang sebenarnya, mereka tidak memiliki hasrat kecuali tarqi’ (penambalan kekafiran) musuh-musuh dien ini dari kalangan para thaghut yang telah menghancurkan tauhid serta menegakkan syirik dan tandid, baik dengan menegakkan syubhat-syubhat yang busuk untuk memperenteng kekafiran mereka dan menjadikannya sebagai kufrun duna kufrin atau dengan memalingkan ucapan dari posisi yang sebenarnya dan memenggal perkataan ulama dan memaksakan muatan makna yang tidak ada di dalamnya serta menempatkannya bukan pada realita dan posisinya.
Dan tidak ada kesibukan bagi mereka setelah itu, kecuali gunjingan, umpatan, celaan dan hinaan –sebagaimana yang telah engkau lihat dalam uraian yang lalu– terhadap setiap orang yang membangkang terhadap para thghut itu seraya mengingkari kemungkaran-kemungkaran mereka atau berupaya untuk merubah kemusyrikan-kemusyrikan mereka atau menjihadi kekafiran mereka. Dan tidak ada perbuatan bagi mereka yang paling mereka sukai dan paling mereka cintai daripada menghalang-halangi dari jalan mereka (para muwahhidin mujahidin)…!!! Dan mencap mereka dengan lebel Khawarij dan Takfiriy…!!!
“…Kemudian… tidak ada sesuatupun…”126
Mana tarbiyah yang selalu didengung-dengungkan oleh Syaikh…???!!!
Adapun tashfiyah maka kami terima dengan senang hati.
Kebencian kepada mereka tidaklah membawa kami untuk mengingkari upaya Syaikh dalam bab ini.
Akan tetapi apakah dengan membersihkan sunnah dari hal-hal yang menempel padanya berupa hadits dla’if, bid’ah-bid’ah dan hal-hal yang diada-adakan, apakah dengan ini saja syirik masa kini yang dahsyat dan kebatilan para thaghut yang kelam bisa dirubah serta tauhid bisa direalisasikan…???
Atau mesti ditambahkan dengan hal-hal yang banyak…???
Yang diantaranya mengenal benar akan realita kemusyrikan ini dan mengetahui rukun-rukunnya, serta kemudian istinbath hukum syar’iy yang shahih di dalamnya dan menahan diri dari menqiyaskannya terhadap realita dan keadaan-keadaan para penguasa muslim di masa-masa khilafah dan penaklukan…!!!
Dan kemudian menghati-hatikan (tahdzir) manusia dari kemusyrikan yang nyata dan kekafiran yang terang ini127, serta upaya yang serius untuk mengeluarkan mereka dari peribadatan terhadap makhluq kepada peribadatan terhadap Allah Rabbul ‘Ibad dengan merealisasikan tauhidullah dalam ibadah, tha’ah dan tasyri’, serta menyiapkan para pemuda dan menyemangati mereka terhadap jihad dalam rangka itu untuk merubah syirik para penguasa dan menjatuhkan para thaghut yang diibadati selain Allah ta’ala.
Dan dengan makna lain bahwa tashfiyah yang didengung-dengungkan Syaikh tidak akan membuahkan hasilnya sehingga dilakukan tashfiyah pada semua aspek; bukan tashfiyah yang terbatas pada pemilahan hadits shahih dari yang dla’if, tanpa disertai pemilahan auliyaurrahman dari auliyausysyaihan serta tanpa disertai perealisasian tauhid dengan seluruh macam-macamnya dan bara’ah dari syirik dan tandid, atau tashfiyah yang kaku pada pemberantasan bid’ah shufiyyah dan syirik kuburan tanpa disertai pemberantasan syirik undang-undang dan aturan…!!!
Kemudian Syaikh menutup ucapannya hal (81) dengan ucapan seorang du’at128, ia berkata: “Saya berangan-angan dari para pengikutnya andai mereka komitmen dengannya dan merealisasikannya, yaitu: Tegakkanlah negara Islam di hati kalian tentu ia ditegakkan di atas bumi kalian” Selesai.
Ibnu Utsaimin telah mengomentari kalimat itu pada catatan kaki dengan ucapannya: “Ucapan yang bagus, Wallahul Musta’aan…!!!” Selesai.
Dan saya katakan: Allah lah tempat memohon pertolongan atas apa yang kalian sifatkan.
Sudah sewajarnya kalian terkagum dengan ucapan ini dan wajar pula bila kalian mensifatinya bahwa ia bagus, karena ia termasuk warisan jama’ah-jama’ah Irja.
Bau busuk Irja menebar darinya… apa engkau tidak melihat bahwa orang yang mengatakannya telah mengembalikan masalah kepada hati kemudian ia membangun penegakkan amaliyyah akan negara di atas bumi realita terhadap hal yang majhul (tidak diketahui): (ditegakkan).
Seolah negara itu ditegakkan dengan hal-hal yang majhul tanpa amal, pengorbanan, jihad dan ijtihad… dan tanpa ada penindasan, intimidasi, ujian dan (pertumpahan) darah yang ditakutkan oleh Ahlut Tajahhum Wal Irja…!!
Seandainya mereka berkata: “Tegakkanlah negara Islam di hati kalian, lisan kalian dan amal perbuatan kalian”, tentulah mereka selaras dengan jalan Ahlus Sunnah, dan tentu mencakup hal itu karena penegakkannya di hati, lisan dan anggota badan… rumah, keluarga, anak, realita, dakwah dan jihad.
Dan begitulah mereka menegakkannya di atas bumi mereka dan mereka tidak menunggu (ditegakkan) bagi mereka begitu saja –dengan impian sebagaimana yang dikatakan Al Halabiy– tanpa amal…
Bagaimanapun keadaannya, maka untuk obyektifitas kami katakan, setelah kalimat ini Syaikh berkata: “Karena orang muslim bila telah meluruskan ‘aqidahnya berlandaskan Al Kitab dan As Sunnah, maka tidak ragu bahwa ia dengan hal itu akan benar ibadahnya, akan benar akhlaqnya dan akan benar perilakunya…” Selesai.
Akan tetapi susunan ungkapan ini juga tidak jauh berbeda dari ucapan itu, seolah yang dituntut dari orang muslim itu adalah pembenahan ‘aqidah saja.
Dan di atas dasar ini ibadahnya akan benar, akhlaqnya akan benar dan perilakunya akan benar serta begitulah daulah ditegakkan.
Sedangkan ini adalah tidak benar dan tidak selaras dengan realita, karena berapa banyak kami melihat orang-orang yang membawa ‘aqidah shahihah…!!! Dengan pemahaman ‘aqidah menurut Ahlut Tajahhum Wal Irja –yaitu bab Asma Wa Shifat dan masalah-masalah pengetahuan saja yang lain– kemudian tidak ada ibadah, akhlaq dan perilaku di atas minhajunnubuwwah…!!! Malah mereka menjadi tentara yang setia bagi musuh-musuh syari’at, menjadi lawan dan musuh yang selalu mencela bagi para muwahhid, membuat pengkaburan dan manipulasi terhadap al haq dan petunjuk, serta mengganti dan memalingkan ucapan ulama.
Dan yang shahih adalah bahwa wajib atas orang muslim untuk meluruskan ‘aqidahnya dan memurnikan tauhidnya, dan meluruskan pandangan-pandangan dan ibadahnya, meluruskan akhlaknya, meluruskan dakwahnya, meluruskan dan menegakkan jihadnya sesuai manhaj nubuwwah, dan itu dengan usaha serius dan berkesinambungan, serta i’dad, pembakaran semangat dan jihad untuk menegakkan dienullah dan perealiasian tauhid dengan menjihadi para thaghut.
Kemudian bila kita telah melakukan hal itu dan negara tegak lewat tangan kita maka itu adalah harapan, namun bila tidak tegak maka kita berjumpa dengan Allah sedang Dia ridla terhadap kita bila kita berjumpa dengan-Nya sedang kita berada di atas jalan orang-orang mu’min yang sebenarnya dan di atas jalan dan manhaj Ath Thaifah Al Manshurah yang sejujurnya serta di atas jalan orang-orang yang telah Allah berikan karunia terhadap mereka dari kalangan para nabi, shiddiqin, syuhada dan shaalihin.
Ya Allah jadikanlah kami dalam golongan mereka dan bagian anshar mereka…
Amin…
118 Syaikh Ibnu Utsaimin ditanya dengan pertanyaan ini: “Di sana ada orang yang berupaya menebar keraguan perihal bai’at terhadap para pemimpin kita dengan hal-hal berikut ini: “Bahwa bai’at itu tidak dilakukan, kecuali terhadap al imam al a’zham (imam umum kaum muslimin)”. Dan dengan ucapannya: “Saya tidak pernah membai’atnya”. Dan dengan ucapannya: “Bahwa bai’at itu hanya kepada sang raja, tidak kepada saudara-saudaranya”. Maka bagaimana pendapat engkau?” Maka Ibnu Utsaimin menjawab: “Tidak ragu bahwa orang ini salah, dan bila dia mati, maka sesungguhnya ia mati dengan mati jahiliyyah, karena ia akan mati sedang di lehernya tidak ada bai’at kepada seorangpun.
Sedangkan kaidah-kaidah umum dalam syari’at Islam bahwa Allah berfirman: “Maka bertaqwalah kalian kepada Allah sesuai kemampuan kalian…” bila tidak ada khalifah bagi kaum muslimin secara umum maka orang yang menjadi pemimpin di suatu tempat maka ia itu adalah pemimpin tempat itu. Dan kalau tidak, (dan) andaikata kita mengambil pendapat yang sesat ini tentulah manusia sekarang tidak memiliki khalifah, dan tentulah setiap orang akan mati dengan mati jahiliyyah, dan siapa yang berpendapat ini…??? Umat Islam berpencar semenjak zaman sahabat, kalian tahu bahwa Abdullah Ibnu Az Zubair di Mekkah, Bani Umayyah di Syam, begitu juga di Yaman ada orang-orang dan di Mesir pun ada orang-orang. Dan kaum muslimin senantiasa meyakini bahwa bai’at itu bagi orang yang memiliki kekuasaan di wilayah di mana mereka tinggal!! Mereka membai’atnya dan menggelarinya dengan amirul mu’minin, dan tidak ada seorangpun yang mengingkari hal ini. Jadi orang ini memecah persatuan kaum muslimin dari sisi ketidakkomitmenan dia dengan bai’at, dan dari sisi dia itu menyelisihi ijma kaum muslimin (yang telah terjalin) sejak dulu. Dan Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Dengar dan ta’atlah walaupun kalian dipimpin budak habsyiy”
Itu jawaban yang pertama.
Ke dua: dia berkata: “bahwa ia tidak pernah membai’at,” dan ini pada hakikatnya adalah klaim orang yang bodoh yang tergolong hamba-hamba Allah yang paling bodoh, sahabat radliallahuanhu tatkala membai’at Abu Bakar, apakah setiap wanita renta, dan setiap kakek tua dan setiap anak muda datang dan membai’at? Atau justeru beliau dibai’at oleh Ahlul halli wal ‘aqdi…??? Ia dibai’at oleh Ahlul halli wal ‘aqdi, apa semua manusia, kecil dan besar, laki-laki dan wanita pergi untuk membai’atnya…??? Bila ahlul halli wal ‘aqdi telah membai’at amir atas suatu negeri, maka bai’atpun telah terlaksana, dan ia telah menjadi amir yang wajib ditaati. Dan ke tiga: Sesungguhnya mereka tidak membai’at terhadap raja, apa alasan mereka tidak membai’at terhadap raja? Orang-orang telah membai’at terhadap raja. Saya sekarang telah menghadiri bai’at terhadap Khalid –rahmatullah ‘alaih– dan terhadap raja Fahd. Ya memang tidak datang setiap orang kecil dan besar untuk membai’atnya, namun yang membai’at adalah ahlul halli wal ‘aqdi saja. Kemudian bila seseorang telah dibai’at untuk menjadi amir di suatu negeri, kemudian dia menjadikan calon penggantinya, maka ia itu adalah penggantinya sesudahnya bila masa kepemimpinan yang pertama telah habis, maka yang ke dua ini menjadi amir tanpa butuh pembai’atan. Dan manusia tidak akan beres, kecuali dengan hal ini. Seandainya kami berpendapat bahwa calon pengganti (pangeran/putra mahkota) tidak menjadi pemimpin, kecuali bila ia dibai’at kembali, maka terjadilah kekacauan, akan tetapi pendapat-pendapat seperti ini dilontarkan syaithan di hati sebagian orang dalam rangka memecah belah jama’atul muslimin dan agar terjadi pengobaran pertikaian yang telah dijelaskan Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya: “Sesungguhnya syaithan telah putus asa dari diibadati di Jazirah Arab, akan tetapi (ia berupaya) dalam mengompori, pertikaian di antara mereka”. Maka nasihat saya ini sampaikanlah kepada al akh itu agar ia bertaqwa kepada Allah ‘azza wa jalla dan ia meyakini bahwa ia sekarang di bawah payung amir yang memiliki perwalian atasnya, setelah itu ia tidak mati di atas kematian jahiliyyah” selesai. Jaridah Al Muslimun volume 602, jum’at 2 Rabi’ul akhir 1416 H. hal (4).
Dan ia berkata dalam sebuah diktat dengan judul (Ulama Saudi menekankan untuk komitmen dengan jama’ah serta kewajiban mendengar dan patuh kepada wulatul umur) Hal 7-8: “Realitanya bahwa para penanggung jawab pemerintahan adalah dianggap sebagai pemimpin, yang di leher kita ada bai’at bagi mereka untuk mendengar dan taat dalam kondisi giat dan malas, serta dalam kondisi susah dan mudah. Dan kita tidak boleh merampas kepemimpinan mereka selama kita tidak melihat kekafiran nyata yang bagi kita ada dalil dari Allah tentangnya, begitulah telah datang dalam As Sunnah dari Nabi shalallaahu ‘alaihi wa sallam, sehingga kita tidak boleh merampas urusan itu dari mereka…” kemudian dia menuturkan perintah Al Faruq (Umar) kepada ‘Ammar agar tidak menyampaikan hadits Tayammum orang yang junub karena beliau radhiallahu’anhu tidak berpendapat seperti itu, dan dia berkata: “Allahu Akbar, shahabiy yang agung menahan diri dari menyampaikan hadits dari Nabi shalallaahu ‘alaihi wa sallam dengan perintah siapa? Dengan perintah khalifah yang berhak ditaati. Bila saja pemimpin berpendapat untuk melarang kaset-kaset Ibnu Utsaimin atau kaset-kaset Ibnu Baz atau kaset-kaset si fulan dan si fulan, maka wajib menahan diri. Adapun kita menjadikan perlakuan-perlakuan seperti ini sebagai jalan untuk menebarkan emosi manusia dan untuk menjauhkan hati dari para pemimpin. Maka ini demi Allah wahai saudara-saudaraku adalah salah satu landasan yang dengannya terjadi fitnah di tengah manusia”. selesai dinukil dari (Al Wardul Maqthuf Fi Wujubi Tha’ati Wulati Amril Muslimin Bil Ma’ruf), hal 122-123 disusun oleh Fauz Al Atsariy…!!!
Perhatikanlah… kemudian silahkan naik pitam dan marahlah para muqallid mereka seperti Al Halabiy ini; saat sebagian manusia mencap para ulama pemerintah Saudi itu bahwa mereka itu –sebagaimana yang telah lalu dari ucapan Al Halabiy hal 34– hidup di padang pasir dan tidak paham akan waqi’…!!!
119 Dan ketahuilah bahwa Al Halabiy telah menuturkan juga di catatan kaki fatwa Al Albaniy hal (60) ucapan yang dia penggal seperti kebisaaan para pencopet teks-teks (ucapan ulama), dan ia memotongnya dari ucapan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam Minhajus Sunnah 3/390, yaitu ucapannya: “Hampir tidak diketahui tentang suatu kelompok yang memberontak kepada penguasa, melainkan pada sikap khurujnya itu terdapat kerusakan yang lebih besar dari kerusakan yang ia lenyapkan” Selesai.
Sedangkan sudah kami jelaskan kepada anda bahwa kerusakan terbesar pada kehidupan ini adalah syirik, dan di antaranya syirik pembuatan hukum dan peribadatan kepada thaghut. Sehingga ucapan Syaikhul Islam itu tidak cocok dengan realita syirik para thaghut sebagaimana yang dilakukan Ahlut Tajahhum Wal Irja. Dan siapa yang menempatkannya pada hal itu, maka ia telah menyandarkan kepada beliau apa yang tidak pernah beliau katakan, dan ia memalingkan ucapannya serta mengada-ada atasnya…!!! Ucapan beliau ini hanyalah dibawa kepada suatu yang di bawah syirik berupa kezhaliman, aniaya serta yang lainnya. Oleh sebab itu, hal seperti ini tidaklah menjadi penghalang bagi Syaikhul Islam dari sikap khuruj terhadap Tartar yang memerintah negeri kaum muslimin dengan Yasiq mereka dan beliau tidak menggembosi dari menjihadinya, bahkan dia berkata saat berbicara tentang orang-orang yang dipaksa untuk berperang bersama Tartar dan (tentang) orang yang terbunuh di barisan mereka dari kaum muslimin: “Dan bila jihad itu wajib meskipun banyak di antara kaum muslimin terbunuh, maka membunuh orang yang terbunuh di barisan mereka dari kaum muslimin untuk kebutuhan jihad tidaklah lebih dahsyat dari ini” selesai Al Fatawa 28/538.
Dan andai pencari Al haq merujuk kepada tempat yang mana Al Halabiy memenggal darinya ungkapan itu, tentulah ia mendapatkan Syaikhul Islam berbicara tentang Khuruj terhadap penguasa bila ia fasiq atau zhalim, dan ucapannya sama sekali tidak ada kaitannya dengan penguasa bila ia menampakkan kekafiran yang nyata. Dan inilah nashnya agar engkau mengetahui tambahan akan permainan Al Halabiy terhadap ucapan ulama dan manhajnya dalam pemenggalan teks-teks ucapan…!!!
Syaikhul Islam berkata 3/390: “Dan bila saja upaya untuk melengserkannya adalah mafsadah yang lebih besar dari mafsadah keberadaan tetapnya dia, maka tentulah tidak boleh mendatangkan mafsadah yang lebih besar untuk menolak mafsadah yang lebih kecil. Dan begitu juga al imam al a’zham, oleh sebab itu pendapat yang masyhur dari madzhab Ahlussunnah adalah bahwa mereka memandang tidak boleh khuruj terhadap para pemimpin dan memeranginya dengan pedang meskipun pada diri mereka terdapat kezhaliman sebagaimana yang ditunjukkan oleh hadits-hadits shahih lagi masyhur dari Nabi shalallaahu ‘alaihi wa sallam, karena kerusakan pada peperangan dan kekacauan adalah lebih besar dari kerusakan yang terjadi dengan kezhaliman mereka tanpa ada peperangan dan kekacauan, maka kerusakan yang lebih besar tidak bisa ditolak dengan mengambil yang lebih rendah, dan hampir tidak diketahui…” Kemudian beliau menuturkan ucapan yang dikutip Al Halabiy dan ia utarakan secara terpenggal…!!!
Kemudian beliau berkata: “Dan Allah tidak memerintahkan untuk memerangi setiap orang zhalim dan setiap orang yang aniaya bagaimanapun keadaannya…” dari Minhajus Sunnah…
Perhatikanlah…!!! Dan pujilah Tuhanmu dan minta ampunan dan ‘afiyah dari kesesatan mereka serta permainannya terhadap dienullah.
120 Ad Durar As Saniyyah / Juz Jihad hal: 199
121 Ad Durar As Saniyyah / Juz Jihad hal: 124
122 Ada dalam hadits shahih yang diriwayatkan Abu Dawud dan yang lainnya bahwa Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada sebagian sahabatnya: “Bacalah Katakanlah: “Hai orang-orang kafir…”, kemudian tidurlah setelah selesai membacanya, maka sesungguhnya ia adalah bara’ah dari syirik”.
123 Hal 67 dari Sabilun Najah Wal Fikak Min Muwalatil Murtaddin Wa Ahlil Isyrak.
124 Hal ini telah kami jelaskan dengan dalil-dalilnya dari qawanin mereka dalam Kitab kami Kasyfun Niqab ‘An Syari’atil Ghab.
125 Bukan dengan penggembosan dan penghalang-halangan dari jalan ini, atau dengan talbis dan tadlis atau dengan impian –sebagaimana yang telah lalu dari Al Halabiy…!!!-
126 Termasuk ucapan syaikh terhadap orang yang memberontak terhadap para thaghut dan mengkafirkan mereka… telah lalu…
127 Daripada tahdzir dari kaum muwahhidin yang menghadang kekafiran yang nyata itu…!!!
128 Ia termasuk ucapan (Hasan Al Banna) yang mana ia di kalangan para pengikutnya telah menjadi seolah-oleh ayat Qur’an yang dibaca…!!!
Dan hal yang aneh adalah bahwa orang-orang yang mengaku salafy… padahal mereka itu menyelisihi manhaj Al Ikhwan Al Muslimin… akan tetapi engkau bisa melihat mereka mencomot dan mengambil dari perbendaharaan IM apa yang selaras dengan Irja mereka, karena mereka itu walaupun berbeda dengan IM dalam beberapa hal, akan tetapi mereka bersatu dalam paham Tajahhum dan Irja.
0 komentar: