SIKAP DAKWAH SYAIKH MUHAMMAD IBNU ABDIL WAHHAB TERHADAP DAULAH ‘UTSMANIYYAH

Oleh: Syaikh Nashr Ibnu Hamd Al Fahd
Sesungguhnya di antara syubhat yang dihembuskan seputar dakwah Syaikh Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah adalah bahwa ia keluar membangkang terhadap Daulah Khilafah ‘Utsmaniyyah!!…dan bahwa dakwahnya itu adalah memecah belah kaum muslimin ….!!
Banyak ulama yang membela dakwah Syaikh Muhammad telah menulis buku di dalam membantah syubhat ini, dan akhir ujung pernyataan mereka adalah: “Bahwa Nejed itu adalah wilayah tersendiri di luar kekuasaan Daulah ‘Utsmaniyyah, oleh sebab itu kekuasaan dakwah Syaikh di sana itu bukanlah sebagai sikap pembangkangan terhadapnya”.[1]

Dan pada hakikatnya sesungguhnya pernyataan ini adalah tidak benar, karena tiga hal:
Pertama: Bahwa penguasaan secara nama terhadap Nejed adalah berada di tangan Daulah ‘Utsmaniyyah, karena penguasaan itu ada di Hijaz, Yaman, Ahsa, Irak dan Syam, kharaj (upeti) para amir Nejed adalah datang kepada mereka dari sebagian wilayah-wilayah ini.[2]
Ke dua: Sesungguhnya andai kita menerima bahwa Nejed itu adalah wilayah yang berdiri sendiri, namun sesungguhnya dakwah Syaikh Muhammad telah masuk ke Hijaz, Yaman, Ahsa, kawasan teluk dan pinggiran Irak dan Syam, dan mereka menyerang Karbela dan mereka mengepung Damaskus, sedangkan semuanya tanpa diragukan lagi adalah berada di bahwa kekuasaan Daulah ‘Utsmaniyyah.
Ke tiga: Bahwa pernyataan aimmatud dakwah rahimahumullah adalah sepakat bahwa Daulah ‘Utsmaniyyah itu adalah Dar Harb (Negara Kafir Harbi) kecuali orang yang menyambut dakwah tauhid –sebagaimana yang akan datang penjelasannya insya Allah-.
Dakwah Syaikh rahimahullah adalah dakwah kepada tauhid yang murni dan perang terhadap syirik dan penganutnya, sedangkan di antara pelindung kemusyrikan di zaman itu adalah Daulah ‘Utsmaniyyah, sehingga dakwah ini pun mengumumkan perang terhadapnya. Dan berikut ini saya akan menuturkan ucapan-ucapan aimmatud dakwah dan para pengikutnya yang semuanya menjelaskan sikap mereka terhadap Daulah ‘Utsmaniyyah ini:
  1. 1. Al Imam Su’ud Ibnu ‘Abdil ‘Aziz rahimahullah (Wafat 1229 H)
Dan telah lalu saya nukilkan ucapannya tentang Daulah ‘Utsmaniyyah ini, dan di antara ucapannya juga di dalam surat yang beliau kirim kepada gubernur Baghdad: “Dan adapun ucapan kalian: ”Bagaimana dengan kebodohannya ini berani lancang membangkitkan fitnah dengan mengkafirkan kaum muslimin dan ahli kiblat serta memerangi kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhir…” maka kami katakan: “Sungguh telah lalu bahwa kami tidak mengkafirkan dengan sebab dosa, namun kami hanyalah memerangi orang yang menyekutukan Allah dan menjadikan tandingan bagi-Nya yang mana dia memohon kepadanya seperti dia memohon kepada Allah, dia berkurban untuknya seperti dia berkurban untuk Allah, dia nadzar baginya seperti dia nadzar bagi Allah, dia takut kepadanya seperti dia takut kepada Allah, dia beristighatsah kepadanya di dalam kondisi susah dan di dalam memohon manfaat, dia berperang di dalam rangka melindungi berhala-berhala dan kubah-kubah yang dibangun di atas kuburan yang dijadikan berhala yang disembah selain Allah. Dan bila kalian memang benar di dalam klaim kalian bahwa kalian berada di atas millatul Islam dan mutaba’ah kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, maka hancurkanlah berhala-berhala itu semuanya dan ratakanlah dengan tanah serta taubatlah kalian kepada Allah dari semua syirik dan bid’ah-bid’ah itu…” terus beliau berkata: “Dan adapun bila kalian tetap berada di atas keadaan kalian ini dan kalian tidak taubat dari syirik yang kalian anut dan kalian tidak mau komitmen dengan dienullah yang mana Allah telah mengutus Rasul-Nya dengannya serta kalian tidak meninggalkan syirik, bid’ah-bid’ah dan khurafat-khurafat itu, maka kami akan senantiasa memerangi kalian sampai kalian kembali kepada agama Allah yang lurus”.[3]
  1. 2. Syaikh Sulaiman Ibnu ‘Abdillah Ibnu Muhammad Ibnu ‘Abdil Wahhab rahimahullah (Wafat 1233 H).
Sesungguhnya Turki tatkala menginvasi negeri tauhid, maka Syaikh Sulaiman Ibnu ‘Abdillah rahimahullah menulis kitab yang diberi judul –Ad Dalaail– yang menjelaskan kemurtaddan dan kekafiran orang yang membantu dan mendukung mereka walaupun dia itu tidak berada di atas ajaran mereka –di dalam syirik itu– dan di dalamnya beliau menuturkan lebih dari dua puluh dalil terhadap hal itu, serta beliau menjuluki pasukan yang menginvasi itu dengan julukan Junud Al Qubab Wasy Syirki (Pasukan Kubah dan Syirik).[4]
  1. 3. Syaikh Abdullathif Ibnu Abdirrahman Ibnu Hasan rahimahullah (Wafat 1289 H).
Di dalam suratnya kepada Syaikh Hamd Ibnu ‘Atiq rahimahullah perihal sikap Abdullah Ibnu Faishal Al Imam yang meminta bantuan saat itu kepada ‘Utsmaniyyin dalam melawan saudaranya Su’ud Ibnu Faishal di kala Su’ud ini mengalahkannya di dalam peperangan Jaudah kira-kira di tahun 1289 H, di mana beliau berkata di dalamnya: “Abdullah itu memiliki kepemimpinan dan bai’at yang syar’iy (sah) secara umum, kemudian nampak bagi saya setelah itu bahwa dia menyurati Daulah (‘Utsmaniyyah) yang kafir itu dan meminta bantuannya serta mendatangkannya ke negeri kaum muslimin, sehingga dia itu adalah seperti pribahasa:
Orang yang meminta perlindungan kepada ‘Amr saat tertimpa kesulitan
Adalah seperti orang yang meminta perlindungan api dari terik matahari
Maka saya menyatakan pengingkaran dan keberlepasan diri di hadapannya secara lisan dan saya berkata pedas kepadanya, dan bahwa hal ini adalah perobohan terhadap Ushulul Islam dan pencabutan terhadap akar-akarnya, serta ini dan itu, yang sekarang saya tidak ingat rincian ucapan saya itu, maka diapun menampakan taubat dan penyesalan serta memperbanyak istighfar. Dan saya menulis atas nama lisannya kepada gubernur Baghdad: Sesungguhnya Allah telah mencukupkan dan memberikan kemudahan, maka tunduklah dari kalangan penduduk Nejed dan kaum Badui yang dengannya tujuan sudah bisa tercapai insya Allah Ta’ala, dan kami tidak membutuhkan kepada pasukan Daulah (‘Utsmaniyyah), dan ucapan sejenis ini, dan dia (Abdullah) pun mengirimkan surat itu sesuai apa yang saya lihat serta dia berlepas diri dari apa yang telah terjadi… dan surat ini adalah panjang”.[5]
Dan beliau berkata di dalam surat yang lain kepada sebagian para pencari ilmu tentang masalah yang sama: “Dan adapun Al Imam Abdullah Ibnu Faishal, maka sesungguhnya saya telah menasehatinya dengan nasehat yang tegas sebagaimana yang telah lalu… dan saya ingatkan dia di dalam nasehat itu, dan mengingatkannya dengan ayat-ayat Allah dan hak-Nya, agar lebih mengedepankan keridloan Allah dan agar menjauhi musuh-musuh agama-Nya yaitu kalangan ahli ta’thil, ahli syirik dan penganut kekafiran yang nyata, dan diapun menampakkan taubat dan penyesalan…”.[6]
Dan berkata tentang masuknya orang-orang ‘Utsmaniyyin ke Jazirah (Arab) tahun 1289 H: “Barangsiapa telah mengetahui hal pokok ini –yaitu tauhid-, tentu dia mengetahui bahaya fitnah-fitnah yang terjadi di zaman sekarang ini dengan sebab kedatangan pasukan Turki, dan dia mengetahui bahwa fitnah ini bisa menghancurkan, merobohkan dan menghilangkan pondasi tauhid ini secara total, dan menyebabkan nampaknya kemusyrikan dan kekafiran yang nyata, serta meningginya bendera-bendera kekafiran yang diusungnya…”.[7]
Dan dalam hal ini beliau memiliki sya’ir:
وجر زعيم القوم للترك دولة
.
على ملة الإسلام فعل المكابر
Pimpinan kaum mendatangkan kaum Turki sebagai Negara
Untuk melakukan perbuatan orang yang angkuh terhadap millatul Islam
وساروا لأهل الشرك واستسلموا لهم
وجاءوا بهم من كل إفك وساحر
Mereka berjalan dengan ahli syirik dan pasrah terhadap mereka
Dan datang dengan mereka dari kalangan para pendusta dan tukang sihir
وصار لأهل الرفض والشرك صولة
.
وقام بهم سوق الردى والمناكر
.
وعاد لديهم للواط وللخنا
.
معاهد يغدو نحوها كل فاجر
.
وشتت شمل الدين وانبت حبله
.
وصار مضاعاً بين شمل العساكر
.
Dan jadilah kekuasaan bagi kaum Rafidlah dan kaum musyrikin
Dan berdirilah di atas mereka pasar-pasar kebejatan dan kemungkaran
Dan kembalilah berdirilah milik mereka untuk liwath dan pelacuran
Pondok-pondok yang disinggahi oleh setiap orang yang bejat
Berceceranlah ikatan agama dan terurai tali-talinya
Dan iapun disia-siakan di antara para pasukan durjana
وواليتم أهل الجحيم سفاهة
.
وكنتم بدين الله أول كافر
.
فسلْ ساكن الإحساء هل أنت مؤمن
.
بهذا وما يحوي صحيح الدفاتر ؟
.
Kalian berikan kesetiaan kepada penghuni neraka dengan kedunguan
Dan kalian orang yang paling pertama kafir terhadap agama Allah
Silahkan tanya kepada penduduk Ahsa, apakah kamu beriman
Kepada hal ini dan apa yang dimuat oleh lembaran-lembaran kebenaran[8]
Dan beliau memiliki sya’ir lainnya:
لما بدا جيش الضلالة هادماً
.
ربع الهدى وشرائع الإحسان
.
قوم سكارى لا يفيق نديمهم
.
أبد الزمان يبوء بالخسران
.
قوم تراهم مهطعين لمجلسٍ
.
فيه الشقاء وكل كفرٍ دان
.
بل فيه قانون النصارى حاكماً
.
من دون نصٍ جاء في القرآن
.
فانظر إلى أنهار كفرٍ فجّرت
.
قد صادمت لشريعة الرحمن
.
Tatkala nampak datang pasukan kesesatan seraya menghancurkan
Pilar petunjuk dan ajaran-ajaran yang penuh kebaikan
Kaum yang mabuk yang tidak sadar pula penyesalannya
Mereka kembali dengan membawa kerugian sepanjang zaman kehidupan
Kaum yang engkau lihat mereka berbondong menuju majelis
Yang di dalamnya penuh kebejatan dan segala kekafiran yang dekat
Bahkan di sana hukum kaum nashrani menjadi pemegang putusan
Dengan meninggalkan nash yang datang di dalam Al Qur’an
Maka lihatlah sungai-sungai kekafiran yang meluap-luap
Yang telah menghantam syari’at Allah Yang Maha Pemurah.[9]
  1. 4. Syaikh Hamd Ibnu ‘Atiq rahimahullah (Wafat 1301 H)
Sesungguhnya beliau rahimahullah tergolong ulama yang paling keras sikapnya terhadap Daulah ‘Utsmaniyyah ini, dan silahkan lihat surat-surat yang saling silih bergantian antara beliau dengan Syaikh Abdullathif Ibnu Abdurrahman Ibnu Hasan dalam jilid ke tujuh dari Ad Durar Assaniyyah, dan saya telah menuturkan sebagiannya. Tatkala pasukan Daulah ‘Utsmaniyyah yang kafir itu masuk ke Jazirah Arab, maka sebagian para pengkhianat dan orang-orang Badui yang sesat masuk ke dalam barisan mereka. Sebagaimana Syaikh Sulaiman Ibnu Abdullah menulis kitab Ad Dalaail tatkala orang-orang ‘Utsmaniyyah masuk ke Jazirah Arab di zamannya prihal hukum membantu mereka, maka Syaikh Hamd rahimahullah ta’ala menulis kitab yang beliau namai Sabilun Najah Wal Fikak Min Muwalatil Murtaddin Wal Atrak[10] prihal pengkafiran orang yang membantu pasukan yang dinamakan pasukan negara Islam ini…!!!
  1. 5. Syaikh Abdullah Ibnu Abdillathif rahimahullah (Wafat 1339 H)
Beliau rahimahullah ditanya tentang orang yang tidak mengkafirkan Daulah ‘Utsmaniyyah dan orang yang mengundang mereka datang menyerang kaum muslimin dan dia memilih perwalian kepada mereka dan bahwa wajib berjihad bersama mereka. Sedang orang yang lain adalah tidak berpendapat seperti itu, namun menurut dia bahwa Daulah ‘Utsmaniyyah ini dan orang yang mengundangnya adalah bughat dan tidak halal dari mereka kecuali apa yang halal dari bughat serta bahwa apa yang dighanimah dari orang-orang arab Badui yang bergabung dengan mereka adalah haram. Maka Syaikh menjawab: “Orang yang tidak mengetahui kekafiran daulah ini dan dia tidak membedakannya dengan bughat dari kalangan kaum muslimin, maka dia itu tidak mengetahui makna laa ilaaha illallaah. Kemudian bila beserta itu semua dia meyakini bahwa ini adalah daulah adalah kaum muslimin, maka dia itu lebih dasyat dan lebih parah, dan inilah keraguan prihal kekafiran orang yang telah kafir kepada Allah dan menyekutukan-Nya, sedangkan orang yang mengundang mereka dan membantu mereka terhadap kaum muslimin dengan bentuk bantuan apa saja, maka ia adalah kemurtaddan yang nyata…”[11]
  1. 6. Syaikh Sulaiman Ibnu Sahman rahimahullah (Wafat 1349 H).
Beliau rahimahullah berkata di dalam sya’irnya:
وما قال في الأتراك من وصف كفرهم
.
فحق فهم من أكفر الناس في النحل
.
وأعداهم للمسلمين وشرهم
.
ينوف ويربو في الضلال على المللْ
.
ومن يتول الكافرين فمثلهم
.
ولا شك في تكفيره عند من عقلْ
.
ومن قد يواليهم ويركن نحوهم
.
فلا شك في تفسيقه وهو في وجلْ
.
Apa yang dikatakan tentang Turki prihal sifat kekafiran mereka
Maka itu benar, mereka tergolong yang paling kafir di dalam semua ajaran
Permusuhan dan kejahatan mereka kepada kaum muslimin
Adalah melambung dalam kesesatan di atas semua agama
Barangsiapa tawalli kepada kaum kafir maka dia seperti mereka
Dan tak diragukan pengkafirannya menurut orang yang memahami
Dan siapa yang kadang muwalah dan cenderung kepada mereka
Maka tak diragukan kefasiqannya sedang dia dalam ketakutan.[12]
  1. 7. Syaikh Abdullah Ibnu Muhammad Ibnu Sulaim rahimahullah (Wafat 1351 H).
Beliau rahimahullah duduk di sore hari (di pojok Mesjid Jami) menunggu shalat Maghrib, sedangkan di shaf terdepan ada orang-orang yang tidak mengetahui keberadaan dan kehadiran Syaikh di sana, maka salah seorang dari mereka berbicara kepada kawannya seraya berkata: “Telah sampai berita kepada kami bahwa Daulah ‘Utsmaniyyah telah jaya dan panji-panjinya telah menang…”, dan diapun mulai memuji daulah itu. Kemudian tatkala Syaikh telah selesai melaksanakan shalat dengan orang-orang, maka beliau memberikan wejangan dengan wejangan yang menyentuh, dan beliau mencela ‘Utsmaniyyin dan mencela orang yang mencintai dan memuji mereka: Wajib atas orang yang telah mengatakan ucapan itu untuk bertaubat dan menyesal, dan dien macam apa bagi orang yang mencintai orang-orang kafir dan dia senang dengan kejayaan dan kemajuan mereka?! Dan bila orang muslim tidak menisbatkan dirinya kepada kaum muslimin maka kepada siapa dia menisbatkan dirinya?”[13]
  1. 8. Syaikh Husen Ibnu ‘Ali Ibnu Nafisah[14] berkata di dalam sya’irnya:
فيادولة الأتراك لا عاد عزكم
.
علينا وفي أوطاننا لا رجعتمو
.
ملكتم فخالفتم طريق نبينا
.
وللمنكرات والخمور استبحتمو
.
جعلتم شعار المشركين شعاركم
.
فكنتم إلى الإشراك أسرع منهمو
.
تزودتمو دين النصارى علاوة
.
فرجساً على رجس عظيم حملتمو
.
فبعداً لكم سحقاً لكم خيبة لكم
.
ومن كان يهواكم ويصبو إليكمو
.
Hai Negara Turki semoga tidak kembali kejayaan kalian
Atas kami dan semoga kalian tidak kembali di negeri kami
Kalian berkuasa, terus kalian malah menyelisihi jalan Nabi kami
Dan kalian legalkan segala kemungkaran dan minuman khamr
Kalian jadikan syi’ar kaum musyrikin sebagai syi’ar kalian
Maka kalian lebih cepat menuju kemusyrikan daripada mereka
Kalian jadikan ajaran nashrani sebagai acuan
Maka kotoran di atas kotoran besar kalian memikulnya
Enyahlah kalian, binasalah kalian dan rugilah kalian
Dan juga orang yang bergabung dan bersanding dengan kalian.[15]
  1. 9. Syaikh Abdurrahman Ibnu Abdillathif Ibnu Abdillah Ibnu Abdillathif Alu Asy Syaikh berkata:
“Dan sudah maklum bahwa Daulah Turkiyyah[16] itu adalah negara watsaniyyah (paganisme) yang menganut syirik  dan bid’ah-bid’ah, serta mereka melindunginya”.[17]
Jelaslah dari uraian yang lalu bahwa aimmah dakwah itu memandang kekafiran Daulah ‘Utsmaniyyah dan bahwa ia adalah Darul Harbi. Dan ini adalah nampak jelas –yaitu kekafiran Daulah ‘Utsmaniyyah– dan saya tidak meyakini seorangpun yang membaca atau mendengar apa yang mereka anut berupa kemusyrikan atau dia membaca apa yang dikatakan oleh para aimmah dakwah dalam sikapnya terhadap daulah ini, dan masih tersisa di dalam dirinya keraguan terhadap status Daulah ‘Utsmaniyyah ini. Dan kalau dia masih ragu terhadap vonis ini maka dia tidak terlepas dari salah satu dari tiga hal:
  1. Dia menuduh bodoh aimmah dakwah.
  2. Tauhid baginya adalah nomor dua.
  3. Atau dia itu orang yang mengingkari realita yang dia ketahui.
Kami memohon kepada Allah keikhlasan, mutaba’ah, ilmu dan amal. Dan semoga shalawat dan salam Allah limpahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarganya serta para sahabatanya.

[1] Da-aawa Al Munawi-iin 233-240.
[2]Ad Daulah Al ‘Utsmaniyyah 1/20 dan ‘Unwanul Majdi 1/97 dan yang sesudahnya.
[3] Ad Durar Assaniyyah 7/397.
[4] Ad Durar Assaniyyah 7/57-69.
[5] Ad Durar Assaniyyah 7/184, Tadzkirah Ulin Nuha Wal ‘Irfan tentang kejadian tahun 1289 H dari jilid pertama.
[6] Majmu’atur Rasaail 2/69.
[7] Ad Durar Assaniyyah 7/148-152.
[8] Ad Durar Assaniyyah 7/187-191, (Tadzkirah Ulin Nuha) 1/198-202, dan beliau secara khususkan sebutkan Ahsa karena ‘Utsmaniyyin setelah Imam Abdullah meminta pertolongan mereka, mereka masuk ke Ahsa dan menguasainya terlebih dahulu. Dan lihat rincian hal itu di dalam kejadian-kejadian tahun 1289 H dari kitab Tadzkirah Ulin Nuha 1/197, dari ucapannya (Penuturan apa yang terjadi dan apa yang muncul dari sebab kedatangan pasukan ‘Utsmaniyyah dan bala tentara Turki).
[9] Ad Durar 192-194, Tadzkirah 1/203-206, dan yang sangat aneh bahwa ini adalah sifat pasukan ‘Utsmaniyyah tahun 1289 H, sedangkan di dalam Tarikh Al Jibritiy juga ada sifat yang sama bagi pasukan yang masuk ke Jazirah kira-kira tahun 1226 H, di mana dia berkata di dalam Tarikh-nya 3/341: (Dan telah berkata kepada saya sebagian pimpinan mereka dari kalangan yang mengklaim kesalihan dan sikap wara’: Dari mana kita akan mendapatkan kemenangan sedangkan mayoritas pasukan kami adalah berada di luar millah dan di tengah mereka ada orang yang tidak menganut agama apapun, juga menyertai kami kotak-kotak minuman keras, di tengah kami tidak didengar ‘adzan, dan tidak ditegakkan di dalamnya satu kewajiban shalatpun, serta tidak terlintas di benak mereka syi’ar-syi’ar agama ini………) selesai.
[10] Kitab ini masyhur dengan nama Sabilun Najah Wal Fikak Min Muwalatil Murtaddin Wa Ahlil Isyrak sebagai pengganti Sabilun Najah Wal Fikak Min Muwalatil Murtaddin Wal Atrak, namun yang benar wallahu a’lam adalah apa yang saya sebutkan karena beberapa sebab:
  1. Bahwa naskah asli adalah dengan judul ini, dan ia itu ada di zaman Syaikh. Lihat Sabilun Najah dengan tahqiq Al Furayyan hal 12.
  2. 2. Bahwa Syaikh sendiri menyebutkan nama ini di dalam khutbah kitabnya. Sabilun Najah hal 24.
  3. 3. Bahwa waktu penyusunan mengisyaratkan kepada penamaan ini, seperti ucapannya hal 35: (Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, Maka Sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim) (Al Maidah: 51), dan begitu juga orang yang tawalli kepada orang-orang Turki maka dia itu Turki juga) Wallahu a’lam.
[11] Ad Durar Assaniyyah 8/242.
[12] Diwan Ibnu Sahman hal 191.
[13] Tadzkirah Ulin Nuha 3/275.
[14] Termasuk orang yang sejaman dengan Syaikh Sulaiman Ibnu Sahman.
[15] Tadzkirah Ulin Nuha 2/149, dan ada di dalam sya’ir Shalih Ibnu Sullam yang di dalamnya ada bela sungkawa terhadap Syaikh Sulaiman Ibnu Sahman:
وأوضح حكم الترك في ذا وكفرهم      وحكم التولي والموالاة للدولْ
Di dalamnya saya jelaskan status Hukum Turki dan kekafiran mereka
Juga hukum tawalliy dan muwalah kepada negara-negara itu
Tadzkirah Ulin Nuha 3/254.
[16] Sebagian ulama dakwah tauhid berkata: “Maka siapa yang tidak mengkafirkan para pelaku syirik dari kalangan negara Turki dan ‘Ubbadul Qubur seperti penduduk Makkah dan yang lainnya yang beribadah kepada orang-orang shaleh, dia berpaling dari Tauhidullah kepada syirik dan dia merubah Sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dengan bid’ah, maka dia kafir seperti mereka meskipun membenci ajaran mereka, tidak menyukai mereka dan mencintai Islam dan kaum muslimin, karena orang yang tidak mengkafirkan para pelaku syirik adalah tidak membenarkan Al Qur’an, sebab Al Qur’an telah mengkafirkan para pelaku syirik dan memerintahkan untuk mengkafirkan mereka, memusuhinya dan memeranginya” [Ad Durar As Saniyyah : 9/291] (pent).
[17] Ulama Najd karyanya hal 56.

Back Top

0 komentar:

Posting Komentar