Oleh: Ust Abu Sulaiman Aman Abdurrahman
Cukuplah untuk menjelaskan kekafiran penguasa-penguasa negara ini (yang memberlakukan undang-undang buatan manusia) kami tuturkan perkataan Syaikh Muhammad Al Amin Asy Syinqithy rahimahullah, karena yang dibutuhkan adalah ikhtishar (ringkas) saja.
Beliau Berkata: “Termasuk petunjuk Al Qur’an terhadap jalan yang paling lurus adalah penjelasannya bahwa setiap orang yang mengikuti hukum (tasyri) selain hukum yang dibawa oleh penghulu anak Adam Muhammad Ibnu Adillah shalallahu ‘alaihi wasallam, maka ikutnya terhadap hukum yang menyelisihi itu adalah kufrun bawwah (kekafiran yang nyata) yang mengeluarkan dari Millah Islamiyyah.” Kekafiran yang lebih jelas dari sinar matahari di siang bolong dan silakan rujuk: [Adlwa-ul Bayan 3/324]
Ketahuilah bahwa pembuat hukum dan perundangan adalah corong syaitan ditengah manusia. (penulis)
Dan berkata juga: “Dan bisa dipahami dari ayat-ayat ini, seperti firman-Nya: “Dan Dia tidak menyertakan seorangpun dalam hukum-Nya.” (Q.S. Al Kahfi [18]: 26) Bahwa orang-orang yang mengikuti aturan-aturan para pembuat hukum selain apa yang telah Allah syariatkan sesungguhnya mereka adalah orang-orang musyrik.” [Adlwa-ul Bayan: 4/65]
Dan berkata juga: “Dan dengan nash-nash samawi yang telah kami sebutkan ini, jelaslah dengan sejelas-jelasnya bahwa orang-orang yang mengikuti qawanin wadl’iyyah yang ditetapkan oleh syaitan lewat lisan-lisan para walinya seraya menyelisihi apa yang telah Allah Subhanahu Wa Ta’ala syariatkan lewat lisan-lisan para rasul-Nya ‘alaihimussalam, sesungguhnya tidak ada yang meragukan kekafiran dan kemusyrikan mereka kecuali orang yang telah Allah hapus bashirahnya dan Allah butakan dari cahaya wahyu seperti mereka.” [Adlwa-ul Bayan: 4/66]
Dan berkata juga: “Ketahuilah wahai ikhwan, bahwa penyekutuan Allah dalam hukum-Nya dan penyekutuan-Nya dalam ibadah kepada-Nya, semuanya satu tidak ada perbedaan sama sekali di antara keduanya. Orang yang mengikuti aturan selain aturan Allah dan hukum selain hukum Allah (atau selain apa yang Allah syariatkan) serta undang-undang yang menyelisihi syariat Allah, yang dibuat oleh manusia seraya berpaling dari cahaya langit yang Allah turunkan lewat lisan Rasul-Nya, orang yang seperti ini dan orang yang menyembah patung dan sujud kepada berhala adalah sama sekali tidak ada perbedaan di antara keduanya, keduanya satu (status) dan keduanya musyrik terhadap Allah.” [Al Hakimiyyah Fi Tafsir Adlwaa-Il Bayan, Abdurrahman Ibnu ‘Abdil Aziz As Sudais: 52 Dar Thibah Cet. I 1412]
Dan berkata juga: “Sesungguhnya setiap orang yang mengikuti aturan, hukum, dan undang-undang yang menyelisihi apa yang Allah syariatkan lewat lisan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, maka dia musyrik terhadap Allah, kafir lagi menjadikan yang diikutinya itu sebagai Rabb (Tuhan).” [Al Hakimiyyah: 56]
Dan berkata juga: “Dan syirik yang disebutkan dalam firman-Nya: “Sesungguhnya kalian adalah benar-benar musyrikun.” Adalah syirik akbar yang mengeluarkan dari millah Islam dengan ijma kaum muslimin.” [Al Hakimiyyah Fi Tafsir Adlwaa-Il Bayan, Abdurrahman Ibnu ‘Abdil Aziz As Sudais: 56 Dar Thibah Cet. I 1412]
Dan berkata juga: “Mereka itu tidak mengibadatinya dengan sujud dan ruku’ namun mereka mengibadatinya dengan cara mengikuti aturan, hukum, dan undang-undang.” [Al Hakimiyyah Fi Tafsir Adlwaa-Il Bayan, Abdurrahman Ibnu ‘Abdil Aziz As Sudais: 57 Dar Thibah Cet. I 1412]
Dan adapun nukilan-nukilan ulama lainnya serta penjabarannya, maka rujuk tulisan saya: Asy Syirku Fil Hukmi Kasy Syirki Fil ‘Ibadah.
Kemudian saya katakan kepada kalian dengan lantang dan jelas bahwa negara ini adalah negara kafir, biarlah terjadi apa yang terjadi dalam taqdir, tidak ada sikap lunak dan basa-basi dalam masalah keyakinan. Ajal sudah ditentukan dan rizki juga sudah dibagi-bagi. Dan tidak akan mati satu jiwapun kecuali setelah menyempurnakan rizki dan ajalnya.
Bahkan para penguasa negeri ini sendiri yang terang-terangan menyatakan bahwa negara ini bukan negara Islam, dan mereka justeru marah terhadap orang yang menyatakan: “Kami ingin negara Islam atau bahwa ini adalah negara Islam”. Pengakuan mereka itu adalah saksi yang paling adil dan paling kuat daripada yang lain. Ya Allah saksikanlah…
Bahkan negara yang jauh lebih baik dari negara ini, yaitu negara Turki Utsmani, sungguh para imam dakwah Najdiyyah telah banyak berkomentar tentangnya, sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikh Abdul Aziz Ibnu shalih Al Jarbu’.
Ini Syaikh Sulaiman Ibnu ‘Abdillah Ibnu Syaikh (Muhammad) yang wafat tahun 1233 H rahimahullah, tatkala Turki Utsmani menyerang negeri Tauhid -sebagian wilayah jazirah Arab- telah menulis risalah yang beliau beri judul Ad Dalaail, di dalamnya beliau jelaskan kemurtaddan orang-orang itu (Turki Utsmani) bahkan kemurtaddan orang yang membantu dan mendukung mereka dari kaum muslimin. Beliau namakan pasukan mereka itu sebagai Junuud Al Qubaab Wasy Syirki (Pasukan Kubah dan Syirik) [Lihat Ad Durar As Saniyyah: 1/397 Cet. II dan lihat pula jilid IX dan X dalam Ad Durar.]
Syaikh Hamd Ibnu ‘Atiq rahimahullah yang wafat tahun 1301 H menulis kitab dalam membongkar Turki Utsmaniy dan menjelaskan kesesatannya, beliau beri judul Sabilun Najah Wal Fikak Min Muwalatil Murtaddin Wal Atrak.
Kemudian Syaikh Al Jarbuu’ berkata: “Dan dalam syair Syaikh Sulaiman Ibnu Sahman rahimahullah ada yang menunjukan pedasnya kecaman atas penyelisihan Turki Utsmani terhadap syariat Allah yang padahal orang-orang masa sekarang menyebutnya sebagai khilafah Islamiyyah…!!, Syaikh Sulaiman rahimahullah berkata:
Dan apa yang dikatakan terhadap orang-orang Turki dalam penyebaran kekafiran mereka…
Adalah benar, mereka itu tergolong orang-orang yang paling kafir dalam semua ajaran…
Permusuhan dan keburukan mereka terhadap kaum muslimin…
Melambung dan menggelembung dalam kesesatan atas semua agama…
Dan siapa yang loyal kepada orang-orang kafir maka seperti mereka…
Dan tidak ragu dalam pengkafirannya menurut orang yang berakal…
Dan orang yang terkadang sedikit loyal dan cenderung kepada mereka…
Maka tidak ragu dalam vonis fasiq baginya dan ia merasa takut…!
Dan sama persis apa yang dikatakan oleh muridnya Syaikh Husein Ibnu Ali rahimahullah:
Wahai Negara Turki semoga tak kembali kejayaan kalian…
Atas kami dan kalian tidak kembali di tanah air kami…
Kalian berkuasa, namun kalian menyalahi jalan Nabi kami…
Dan kalian halalkan kemungkaran-kemungkaran dan minuman keras…
Kalian jadikan syiar kaum musyrikin sebagai syiar kalian…
Namun terhadap kemusyrikan kalian lebih cepat dari mereka…
Kalian membekali diri kalian dengan ajaran agama orang-orang Nashrani…
Maka kebusukan di atas kebusukan besar yang kalian pikul…
Enyahlah kalian … binasalah kalian … kecewalah kalian…
Dan juga orang yang senang dengan kalian dan cenderung kepada kalian…!!!
Dan ungkapan seperti itu dilontarkan juga oleh Syaikh Abdullah Ibnu Muhammad Ibnu Salim, Syaikh Abdullah Ibnu ‘Abdillathif, Syaikh Abdirrahman Ibnu ‘Abdillathif Ibnu ‘Abdillah Alu Asy Syaikh. Banyak sekali, panjang sekali bila disebutkan, keadaannya terus berlangsung hingga masalahnya sampai kepada kita, kemudian kita merubah manhaj Salaf seraya kita mengaku benar di dalamnya, wallaahul musta’an.” [lihat kitab Al Warif Fi Masyu’iyyatit Tatsrib ‘Alal Mukhalif: 37-40]
Ini ungkapan para ulama tentang Negara Turki Ustmani, maka apa gerangan dengan Negara Indonesia ini…?
Apa pendapat kalian bila seseorang berkata: “Saya muslim dan saya tidak ingin menerapkan hukum-hukum Islam dalam hidup saya.” Apakah sah bila seseorang di antara kita mengatakan tentang orang ini: “Dia muslim karena mengucapkan dua kalimat syahadat, masih shalat, dan, dan,…?!!
0 komentar: